BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Salah satu fungsi kesejahteraan sosial ialah fungsi rehabilitative,
antara lain bagi penyandang kelainan. Salah satu bentuk usaha kesejahteraan
sosial bagi penyandang kelainan ialah pelayanan program rehabilitasi. Secara
khusus rehabilitasi merupakan proses perbaiakan ditujukan kepada penderita
cacat atau anak luar biasa, agar mereka cakap berbuat untuk memiliki semaksimal
mungkin kegunaan baik jasmani, rohani, sosial, pekerjaan dan ekonomi.
Dengan demikian pada dasarnya rehabilitasi seantiasa memberikan perhatian
kepada keberadaan manusia, nasibnya, hak-haknyadan kewajibannya atau tanggung
jawab terhadap sesame manusia.
Rehabilitasi merupakan suatu pendekatan total yang komprehenshif dengan
tujuan memfungsikan kembali supaya klien dapat berguna. Pendekatan
komprehenshif adalah rehabilitasi yang tidak dapat dilakukan sendiri-sendiri,
tetapi memerlukan bantuan dari phak lain. Dengan kata lain rehabilitasi
merupakan program multidisipliner.
Pelayanan pendidikan merupakan bagian dari program rehabilitasi. Karena
keduanya tidak dapat dipisahkan, mengingat pelayanan atau penanganan anak luar
biasa tidak dapat dilakuakan oleh satu disiplin ilmu, melainkan oleh berbagai
disiplin ilmu yang terkait. Maka program rehabilitasi bagi anak luar biasa,
bukan merupakan program rehabilitasi yang sama sekali terpisah dari program
pelayanan pendidikan luar biasa.
Keberhasilan pelayanan program rehabilitasi penderita cacat atau anak
luar baisa ini kecuali meningkatkan pelayanan pada panti-panti rehabilitasi
yang sudah ada, juga perlu ditempuh pemberian pelayanan melalui sistem non
panti (non-institusional). Untuk keberhasilan pelayanan rhabilitasi dengan
sistem non-institusional ini sebagaimana juga keberhasilan yang ditempuh
melalui sistem institusional, dimana koordinasi anatara disiplin ilmu yang
terkait dengan pelaksanaan rehabilitasi penderita cacat atau anak luar biasa
perlu diwujudkan sesuai dengan tugasnya masing-masing.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana sejarah perkembangan gerakan rehabilitasi
?
2.
Bagaimana pengertian rehabilitasi secara umum dan
khusus ?
3.
Bagaimana pengertian hakekat rehabilitasi ?
4.
Faktor apa sajakah yang mempengaruhi kegagalan
program rehabilitasi ?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui sejarah perkembangan gerakan
rehabilitasi
2.
Untuk mengetahui pengertian rehabilitasi secara
umum dan khusus
3.
Untuk mengetahui pengertian hakekat rehabilitasi
4.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
kegagalan program rehabilitasi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Perkembangan gerakan
rehabilitasi
Gerakan rehabilitasi menampakkan
wujud seiring dengan perubahan perilaku atau sikap terhadap penderita kelainan
fisik, mental, sosial maupun emosional. Sikap dan perilaku terhadap penyandang
kelaian bergerak dari sikap yang didasari atas pandangan yang dihubungkan
dengan superstisi dan pemujaan terhadap kesempurnaan, kearah sikap atau
perilaku yang dilandasi oleh pandangan yang berasal pada segi medis dan
akhirnya terjadi perubahan sikap dan perlakuan yang sifatnya humanistis dan
ekologis.
Pada abad ke
18 pendekatan secara medis terhadap penderita kelainan mulai berkembang.
Penyebab terjadinya kelianan dikaitkan dengan faktor-faktor fisisk-biologis.
Dengan berkembangannya pendekatan medis
terhadap kelainan, mulai konsep rehabilitasi muncul.
Goldenson
(1978:6) menggambarkan perkembangan gerakan rehabilitasi. Pada tahun 1889 di
Amerika didirikan Cleveland Rehabilitation Center dan Boston Individual School
untuk anak-anak cacat tubuh pada tahun 1893. Di pusat rehabilitasi ini di
berikan latihan kerja dan layanan medis.
Diabad 18 dan 19 kemajuan gerakan
rehabilitasi semakin pesat dengan dukungan dari berbagai ahli yang menaruh
perhatian terhadap kebutuhan-kebutuhan anak luar biasa. Dalam sejarah
perkembangan pendidikan anak luar biasa di kenal tokoh-tokoh seperti Samuel
Gridley Howe, Thomas Hopkins Gallauder, Louis Braille.
Pada awalnya konsep rehabilitasi hanya
ditekankan pada rehabilitasi meddis dan rehabilitasi vokasional. Sejak perang
dunia kedua sampai saat ini, konsep rehabilitasi menjadi semakin luas. Konsep
rehabilitasi yang pada semulanya ditekankan pada rehabilitasi medis dan
vokasional, sekrang meliputi semua jenis kelianan. Tokoh-tokoh perluasan konsep
rehabilitasi di Amerika antara lain adalah Dr. Howard Rusk, Mary E Switsen dan
Dr. Henry Kessler. Dengan demikian luasnya konsep rehabilitasi, maka tanggung
jawab terhadap pelayanan penyandang kelianan bukan hanya terletak pada segi
medis saja tetapi menjadi tanggung jawab masyarakat.
Di Indonesia pada tahun 1964, tepatnya di
Surakarta berdiri pusat rehabilitasi yang dipelopori oleh Dr. Suharso yang
sekarang lebih dikenal dengan nama rumah sakit Dr. Suharto, selanjutnya
berkembang dengan mendirikan YPAC.
Goldenson (1978:8) menyatakan bahwa dengan
semakin luasnya pengertian rehabilitasi, rehabilitasi sekarang merupakan suatu
proses yang dinamis dan holistic, berdasarkan pemikiran yang comprehensive dan
kontinu terhadap tiap-tiap indiviidu penyandang kelainan, menyangkut
kebutuhan-kebutuhannya yang spesifik. Dengan demikian paling tidak rehabilitasi
mencakup empat jenis yang saling berkaitan, yaitu rehabilitasi fisik/medis,
rehabilitasi vokasional, rehabilitasi sosial dan rehabilitasi psikologi.
2.2 Pengertian Rehabilitasi
Rehabilitasi
berasal dari kata yaitu re yang
berarti kembali dan habilitasi yang berarti kemampuan.Rehabilitasi berarti
mengembalikan kemampuan.
Namun kita
sering mendengar perkataan rehabilitasi, secara umum diartikan sebagai
pembetulan, perbaikan, pengembalian, kepada sesuatu yang lebih baik.Seperti
misalnya kita mendengar orang berbicara "jembatan itu sedang di
rehabilitasi", kita langsung mengerti bahwa jembatan tersebut sedang di
perbaiki.Kalau demikian pengertian rehabilitasi adalah perbaikan, artinya
jembatan itu tadinya berfungsi, karena suatu hal jembatan itu rusak atau tidak
berfungsi, maka dengan di rehabilitasi jembatan tersebut berfungsi kembali.Hal
ini kalau kita lihat pengertian rehabilitasi secara umum.
Secara khusus
lagi ada yang mengartikan rehabilitasi adalah proses perbaikan ditujukan pada
penderita cacat agar mereka cakap berbuat untuk memiliki seoptimal mungkin
kegunaan jasmani, rohani, sosial, pekerjaan, dan ekonomi.
Sebagai contoh
misalnya, seseorang karena suatu hal (kecelakaan), terpaksa kakinya harus di
amputasi (dipotong), agar ia dapat berjalan kembali, ia harus mengikuti program
rehabilitasi, antara lain latihan berjalan menggunakan kaki palsu. Jadi
pengertian rehabilitasi di sini adalah pengembalian fungsi semula, karena
tadinya orang itu dapat berjalan dengan baik karena suatu hal ia tidak dapat
berjalan, dengan rehabilitasi orang tersebut dapat berjalan kembali.
Untuk lebih
jelasnya, kita lihat pengertian rehabilitasi yang di kemukakan oleh para ahli.
Kurt Janson seorang social worker yang terkenal, didalam seminar rehabilitasi
penderita cacat se Asia dan Timur Jauh di Solo tahun 1977 yang dikutip oleh
Suroyo mengemukakan, bahwa rehabilitasi biasanya dibatasi sebagai suatu proses
pemberian bantuan kepada penderita cacat untuk mencapai sepenuh-penuhnya
tingkat penyesuaian ekonomi dan kegunaan menurut kemampuannya.
Menurut
Soewito (Sri Widati 1984 : 5) salah seorang ahli rehabilitasi di RC Surakarta
mengatakan :
Rehabilitasi penderita cacat merupakan segala daya
upaya, baik dalam bidang kesehatan, sosial, kejiwaan, pendidikan, ekonomi,
maupun bidang lain yang dikoordinir menjadi continuous process, dan yang
bertujuan untuk memulihkan tenang penderita cacat baik jasmaniah maupun
rohaniah, untuk menduduki kembali tempat di masyarakat sebagai anggota penuh
yang swasembada, produktif dan berguna bagi masyarakat dan negara.
Departemen sosial memberikan pengertian sebagai berikut,
rehabilitasi adalah proses refungsionalisai dan pengembangan untuk memungkinkan
penderita cacat mampu melakukan fungsi-fungsi sosialnya secara wajar dalam
kehidupan masyarakat.
Dari pengertian-pengertian
tersebut diatas dapat diambil kesimpulan mengenai pengertian rehabilitasi
adalah sebagai berikut :
Pertamadalam arti umum
rehabilitasi adalah "pemulihan-pemulihan
kembali" jadi, rehabilitasi mengembalikan sesuatu kepada keadaan
semula yang tadinya dalam keadaan baik, tetapi karena sesuatu hal kemudian
menjadi tidak berfungsi atau rusak.
Kedua apabila diartikan dengan
disability pengertiannya adalah pengembalian
orang-orang cacat kepada kegunaan secara maksimal baik dalam aspek fisik, mental,
personal, sosial, vocational, serta ekonomi sesuai dengan kemampuannya.
Ketiga diperlukan koordinasi dari berbagai bidang usaha
itu menjadi suatu proses yang berhubungan erat satu dengan yang lain, yang
merupakan team work menuju kearah tujuan akhir.
Keempat rehabilitasi dipergunakan
secara luas, mencakup habilitasi yang
diartikan sebagai suatu usaha untuk membantu mereka yang mengalami kelainan
sejak lahir atau pada masa kanak-kanak.
Terdapat berbagai macam
definisi mengenai rehabilitasi dalam peraturan perundang- undangan yaitu :
Pasal 1 angka 14 Undang undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2007 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang memberikan pengertian bahwa :
“Rehabilitasi adalah pemulihan dari
gangguan terhadap kondisi fisik, psikis dan sosial agar dapat melaksanakan
perannya kembali secara wajar baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat.”
Rehabilitasi diberikan
agar tercapainya pemulihan yang sempurna bagi diri korban yang mengalami
kekerasan seksual dan menurut pasal 35 ayat (2) Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 40 tahun 2011 tentang
Pembinaan, Pendampingan, danPemulihan Terhadap Anak yang menjadi Korban atau
Pelaku Pornografi, Rehabilitasi Sosial diberikan dalam bentuk :
1.
Motivasi dan diagnosis psikososial
2.
Perawatan dan pengasuhan
3.
Pelatihan vokasional dan pembinaan kewirausahaan
4.
Bimbingan mental spiritual
5.
Bimbingan fisik
6.
Bimbingan sosial dan konseling psikososial
7.
Pelayanan aksesibilitas
8.
Bantuan dan asistensisosial
9.
Bimbingan resosialisasi
10. Bimbingan lanjut
11. Rujukan
2.3 Pengertian Hakekat Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah suatu proses, produk, atau program yang sengaja
disusun agar orang – orang atau anak – anak yang cacat dapat mengembangkan
potensinya seoptimal mungkin atau dapat mefungsikan potensinya seoptimal mungkin
atau dapai mefungsikan potensi yang ia miliki sehingga dapat mencapai
pribadi lahir dan batin.
Dengan demikian pada hakekatnya rehabilitasi merupakan pendekatan total,
yang merupakan suatu pendekatan komprehansip, kesemuanya yang bertujuan membentuk
individu yang utuh dalam aspek fisik, mental, emosional dan sosial agar ia
dapat berguna. Jadi rehabilitasi itu bukan merupakan suatu usaha yang dilakukan
oleh para ahli untuk para penyandang cacat, tetapi harus penderita sendirilah
yang harus berusaha untuk melakkan prosedur yang telah ditetapkan, sehingga ia
dapat merubah dirinya sendiri menjadi manusia yang mandiri.
Sebaik apapun program rehabilitasi
yang diusahakan oleh para ahli untuk para penyandang cacat, tanpa
sipenderita mau merehabilitasi diri sendiri, maka program rehabilitasi
tersebut sia – sia. Dengan demikian
dalam menyusun program rehabilitasi hendaknya individu yang diberikan program
rehabilitasi harus diikut sertakan.
Untuk keberhasilan program rehabilitasi berarti setiap individu harus
dapat mengembangkan segala potensinya yang dimiliki secara aktif dan disiplin
mengikuti program – program rehabilitasi yang telah disusun bersama antara
tenaga ahli rehabilitasi dengan penderita.
Dr. Rusk (1978), seorang ahli rehabilitasi mengatakan bahwa pada dasarnya
rehabilitasi adalah “self rehabilitation”, artinya keberhasilan dari pada
rehabilitasi itu tergantung dari motifasi penderita mau merehabilitasi dirinya
sendiri dalam mengembangkan potensinya seoptimal mungkin karena para ahli hanya
membarikan petunjuk, bimbingan, dan kemudahan fasilitas, serta mendorong
penderita untuk keberhasilan program rehabilitasi yang dijalaninya.
Dengan demikian dalam menjalankan program rehabilitasi, penderita
penyandang cacat harus mempunyai sikap antara lain seperti
Ø
Aktif
Artinya penderita tidak diam saja
dalam kterbatasannya, menunggu perintah baru mau menjalankan kegiatan, tetapi
hendaknya pederita senantiasa megembangkan dirinya sesuai dengan potensi yang
dimilikinya. Dan aktif untuk mecari tau apa yang dilakukan dalam mengatasi
keterbaatasanya, serta aktif menjalankan program – program yang telah
disepakati demi keberhasilan program rehabilitasi.
Ø
Disiplin
Dalam arti taat dalam menjalankan
semua peraturan - peraturan yang sudah disepakati antara pembimbing, Pembina,
dan penderita demi tercapainya tujuan yang diharapkan.
Ø
Kemauan
Dalam hal ini penderiata atau pasien
harus dapat mengembangkan kemauannya, karena tidak menutup kemungkinan bila ada
sesuatu yang diinginkan.Kemauan – kemauan ini harus diutarakan atau dibicarakan
oleh pembimbing atau instruktur, dengan demikian ada saling keterbukaan didalam
menjalankan program rehabilitasi.
Ø
Mengatasi kecacatan
Artinya, penderita harus mempunyai
sikap mengatasi kecacatannya, karena
apabila kecacatannya itu tidak dapat diatasi sendiri, maka orang lainpun akan
mengalami kesulitan dalam membantunya. Jadi penderita harus ada
kemauanbagaimana mengatasi kecacatan ini, dengan demikian aakn memudahkan
menjalankan program rehabilitasi.
Ø
Menghilangkan ketergantungan
Dalam hal ini penderita harus
mempunyai sikap menghilangkan ketergantungan pada orang lain. Jadi disini
penderita harus berusaha menjalankan program rehabilitasi yang telah disusun
untuknya, walaupun tanpa harus diawasi terus oleh pembimbing. Sikap tidak menguntunkan
diri kepada orang lain ini penting dalam mencapai keberhasilan rehabilitasi,
serta pembentukan kepercayaan diri.
Dengan demikian keberhasilan program rehabilitas tergantung kepada
individu penyandang cacat itu sendir, dan program direncanakan, dilakukan
bersama – sama antara para ahli dan penderita.
2.4
Program Rehabilitasi Gagal
Proses
rehabilitasi dapat mengalami kegagalan di sebabkan adanya sikap negatif dari
individu penyandang cacat terhadap proses rehabilitasi tersebut dan biasanya
sikap negative ini mempunyai latar belakang yang mempengaruhinya yang satu sama
lain saling berkaitan, contoh misalnya :
1.
Perasaan tidak aman
2.
Tidak ada kematangan emosi
3.
Kecemasan yang mendalam
4.
Perasaan rendah diri yang kuat
5.
Tidak ada daya tahan terhadap frustasi
6.
Masalah-masalh pribadi
7.
Kurangnya motivasi, dan
8.
Sikap tidak wajar
Selain sikap
negative dari individu penyandang cacat, kegagalan program rehabilitasidapat
juga datang dari latar belakang keluarga dan lingkungan.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Ada beberapa
pengertian rehabilitasi yang ungkapkan oleh berbagai tokoh, seperti Soewito
(Sri Widati 1984 : 5) salah seorang ahli rehabilitasi di RC Surakarta, Kurt
Janson seorang social worker, hingga Departemen social. Dari pendapat-pendapat
para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa rehabilitasi adalah mengembalikan
sesuatu kepada keadaan semula yang tadinya dalam keadaan baik, tetapi karena
sesuatu hal kemudian menjadi tidak berfungsi atau rusak.
Hakekatnya
rehabilitasi merupakan pendekatan total, yang merupakan suatu pendekatan
komprehansip, kesemuanya yang bertujuan membentuk individu yang utuh dalam
aspek fisik, mental, emosional dan sosial agar ia dapat berguna.
3.2 Saran
Pada anak
berkebutuhan khusus, memang perlu adanya rehabilitasi.Terutama pada yang
mengalami gangguan berat.Pemberian rehabilitasi pada anak berkebutuhan khusus
tidak semena-mena.Harus ada dilakukan assessment terlebih dahulu.Untuk dilihat
apakah anak tersebut perlu mendapatkan rehabilitasi atau bisa ditangani dengan
pengajaran atau bimbingan biasa.Penerapan rehabilitasipun harus sesuai dengan
prosedur-prosedur yang berlaku.Agar dapat memaksimalkan fungsi dari
rehabilitasi itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Sunaryo. Dasar – dasar Rehabilitasi dan Pekerjaan
Sosial : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar