Minggu, 28 Februari 2016
Sabtu, 27 Februari 2016
pengertian teori kepribadian
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah
kepribadian dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan personality. Istilah ini
berasal dari bahasa Yunani, yaitu persona, yang berarti topeng dan
personare,yang artinya menembus. Istilah topeng berkenaan dengan salah satu
atribut yang dipakai oleh para pemain sandiwara pada jaman Yunani kuno. Dengan
topeng yang dikenakan dan diperkuat dengan gerak-gerik dan apa yang diucapkan,
karakter dari tokoh yang diperankan tersebut dapat menembus keluar, dalam arti
dapat dipahami oleh para penonton. Dari sejarah pengertian kata personality tersebut,
kata persona yang semua berarti topeng, kemudian diartikan sebagai pemaiannya
sendiri, yang memainkan peranan seperti digambarkan dalam topeng tersebut. Dan
sekarang ini istilah personality oleh para ahli dipakai untuk menunjukkan suatu
atribut tentang individu, atau untuk menggambarkan apa, mengapa, dan bagaimana
tingkah laku manusia. Untuk itu manusia memerlukan
teori kepribadian guna
mempermudah dalam memahami
perilaku dan kepribadian manusia.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian dari teori kepribadian ?
2.
Apa
sajakah macam penggolongan teori kepribadian ?
1.3 Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian dari
teori kepribadian
2. Untuk
mengetahui macam penggolongan
teori kepribadian.
1.4 Manfaat
1. Untuk
menambah wawasan mengenai teori
kepribadian manusia
2. Untuk
memperluas sudut pandang mengenai
macam penggolongan teori kepribadian yang di kemukakan para tokoh ahli
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
A. Pengertian Teori Kepribadian
Teori merupakan salah satu unsur penting
dari setiap pengetahuan ilmiah atau ilmu, termasuk psikologi kepribadian. Tanpa
teori kepribadian usaha memahami perilaku dan kepribadian manusia pasti sulit
untuk dilaksanakan. Apakah yang dimaksud dengan teori kepribadian ? Menurut
Hall dan Lindzey (Koeswara, 1991 : 5), teori kepriadian adalah sekumpulan
anggapan atau konsep-konsep yang satu sama lain berkaitan mengenai tingkah laku
manusia.
B. Fungsi Teori
Kepribadian
Sama seperti teori ilmiah pada umumnya yang memiliki
fungsi deskriptif dan prediktif, begitu juga teori kepribdian. Berikut
penjelaskan fungsi deskriptif dan prediktif dari teori kepribadian.
1. Fungsi Deskriptif
1. Fungsi Deskriptif
Fungsi deskriptif (menjelaskan atau menggambarkan)
merupakan fungsi teori kepribadian dalam menjelaskan atau menggambarkan
perilaku atau kepribadian manusia secara rinci, lengkap, dan sistematis.
Pertanyaan-pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana seputar perilaku manusia
dijawab melalui fungsi deskriptif.
2. Fungsi Prediktif
2. Fungsi Prediktif
Teori kepribadian selain harus bisa
menjelaskan tentang apa, mengapa, dan bagaimana tingkah laku manusia sekarang,
juga harus bisa memperkirakan apa, mengapa, dan bagaimana tingkah laku manusia
di kemudian hari. Dengan demikian teori kepribadian harus memiliki fungsi
prediktif
2.2
Klasifikasi
Teori-teori Kepribadian
Dewasa
ini telah banyak teori-teori kepribadian untuk memudahkan mempelajari para ahli
telah mengklasifikasikan teori-teori tersebut ke dalam beberapa kelompok dengan
menggunakan acuan tertentu yaitu paradigma yang dipakai untuk mengembangkannya. Adapula
klasifikasi teori kepribadian yang didasarkan pada sejarah perkembangannya yang
kemudian menjadi kekutan besar yang dijadikan orientasi dalam pengembangan teori-teori
kepribadian. Boeree (2005 : 29) menyatakan
bahwa ada 3 orientasi atau kekuatan besar dalam
teori kepribadian, yaitu :
1.
Psikoanalisis beserta aliran-aliran yang
dikembangkan atas paradigma yang sama atau hampir sama, yang dipandang sebagai
kekuatan pertama.
2.
Behavioristik yang dipandang sebagai
kekuatan kedua.
3.
Humanistik, yang dinyatakan sebagai
kekuatan ketiga.
2.3
Kepribadian Menurut Paradigma Psikodinamika
Teori psikodinamika atau tradisi
klinis berangkat dari dua asumsi dasar. Pertama, manusia adalah bagian dari
dunia binatang. Kedua, manusia adalah bagian dari sistem enerji. Kunci utama
untuk memahami manusia menurut paradigma psikodinamika adalah mengenali semua
sumber terjadinya perilaku, baik itu berupa dorongan yang disadari maupun yang
tidak disadari. Teori psikodinamika ditemukan oleh Sigmund Freud (1856-1939).
Dia memberi nama aliran psikologi yang dia kembangkan sebagai psikoanalisis.
Banyak pakar yang kemudia ikut memakai paradigma psikoanalisis untuk
mengembangkan teori kepribadiannya, seperti : Carl Gustav Jung, Alfred Adler,
serta tokoh-tokoh lain seperti Anna Freud, Karen Horney Eric Fromm, dan Harry
Stack Sullivan. Teori psikodinamika berkembang cepat dan luas karena masyarakat
luas terbiasa memandang gangguan tingkah laku sebagai penyakit (Alwisol, 2005 :
3-4). Ada beberapa teori kepribadian yang termasuk teori psikodinamika, yaitu:
psikoanalisis, psikologi individual, psikologi analitis, dan neo freudianisme.
Berikut ini dikemukakan pokok-pokok dari teori psikoanalisis, psikologi
individual, dan psikologi analitis.
A.
Teori
Psikoanalisis
Teori
Psikoanalisis dikembangkan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis dapat dipandang
sebagai teknik terapi dan sebagai aliran psikologi. Sebagai aliran psikologi,
psikoanalisis banyak berbicara mengenai kepribadian, khususnya dari segi
struktur, dinamika, dan perkembangannya.
1.
Struktur Kepribadian Menurut Freud
(Alwisol, 2005 : 17), kehidupan jiwa memiliki tga tingkat kesadaran, yaitu
sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious). Sampai
dengan tahun 1920an, teori tentang konflik kejiwaan hanya melibatkan ketiga
unsur tersebut. Baru pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural
yang lain, yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich. Struktur baru ini tidak
mengganti struktur lama, tetapi melengkapi gambaran mental terutama dalam
fungsi dan tujuannya (Awisol, 2005 : 17). Freud berpendapat bahwa kepribadian
merupakan suatu sistem yang terdiri dari 3 unsur, yaitu das Es, das Ich, dan
das Ueber Ich (dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan the Id, the Ego, dan the
Super Ego), yang masing memiliki asal, aspek, fungsi, prinsip operasi, dan
perlengkapan sendiri.
2.
Dinamika Kepribadian
a. Distribusi enerji
Dinamika kepribadian, menurut Freud
bagaimana energi
psikis didistribusikan dan dipergunakan oleh das Es,
das Ich, dan das Ueber Ich. Freud menyatakan bahwa enerji yang ada pada
individu berasal dari sumber yang sama yaitu makanan yang dikonsumsi. Bahwa
enerji manusia dibedakan hanya dari penggunaannya, enerji untuk aktivitas fisik
disebut enerji fisik, dan enerji yang dunakan untuk aktivitas psikis disebut enerji
psikis. Freud menyatkan bahwa pada mulanya yang memiliki enerji hanyalah das Es
saja. Melalui mekanisme yang oleh Freud disebut identifikasi, energi tersebut diberikan
oleh das Es kepada das Ich dan das Ueber Ich.
b. Mekanisme pertahanan ego
Menurut Freud, mekanisme pertahanan
ego (ego defence mechanism) sebagai strategi yang digunakan individu untuk
mencegah kemunculan terbuka dari dorongan-dorngan das Es
maupun untuk menghadapi tekanan das Uber Ich atas das
Ich, dengan tujuan kecemasan yang dialami individu dapat dikurangi atau
diredakan (Koeswara, 1991 : 46).
Freud menyatakan bahwa mekanisme
pertahanan ego itu adalah mekanisme yang rumit dan banyak macamnya. Berikut ini
7 macam mekanisme pertahanan ego yang menurut Freud umum dijumpai (Koeswara,
2001 : 46-48).
1) Represi, yaitu mekanisme yang dilakukan ego untuk
meredakan kecemasan dengan cara menekan dorongan-dorongan yang menjadi penyebab
kecemasan tersebut kedalam ketidak sadaran.
2) Sublimasi, adalah mekanisme pertahanan ego
yangditujukan untuk mencegah atau meredakan kecemasan dengan cara mengubah dan
menyesuaikan dorongan primitif das Es yang menjadi penyebab kecemasan ke dalam
bentuk tingkah laku yang bisa diterima, dan bahkan dihargai oleh masyarakat.
3) Proyeksi, adalah pengalihan dorongan, sikap, atau
tingkah laku yang menimbulkan kecemasan kepada orang lain.
4) Displacement, adalah pengungkapan dorongan yang
menimbulkan kecemasan kepada objek atau individu yang kurang berbahaya
dibanding individu semula.
5) Rasionalisasi, menunjuk kepada upaya individu
memutarbalikkan kenyataan, dalam hal ini kenyataan yang mengamcam ego, melalui
dalih tertentu yang seakan-akan masuk akal. Rasionalissasi sering dibedakan
menjadi dua : sour grape technique dan sweet orange technique.
6) Pembentukan reaksi, adalah upaya mengatasi
kecemasan karena insdividu memiliki dorongan yang bertentangan dengan norma,
dengan cara berbuat sebaliknya.
7) Regresi, adalah upaya mengatasi kecemasan dengan
bertinkah laku yang tidak sesuai dengan tingkat perkembangannya.
3. Perkembangan
Kepribadian
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan kepribadian
Perkembangan kepribadian individu menurut Freud,
dipengauhi oleh kematangan dan cara-cara individu mengatasi ketegangan. Menurut
Freud, kematangan adalah pengaruh asli dari dalam diri manusia. Ketegangan
dapat timbul karena adanya frustrasi, konflik, dan ancaman. Upaya mengatasi
ketegangan ini dilakukan individu dengan : identifikasi, sublimasi, dan
mekanisme pertahanan ego.
b. Tahap-tahap perkembangan kepribadian
Menurut Freud, kepribadian individu telah terbentuk
pada akhir tahun ke lima, dan perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya
merupakan penghalusan struktur dasar itu. Selanjutnya Freud menyatakan bahwa
perkembangan kepribadian berlangsung melalui 6 fase, yang berhubungan dengan
kepekaan pada daerah-daerah erogen atau bagian tubuh tertentu yang sensitif
terhadap rangsangan. Ke enam fase perkembangan kepribadian adalah sebagai
berikut (Sumadi Suryabrata, 2005 : 172-173).
1) Fase oral (oral stage) : 0 sampai kira-kira 18 bulan
Bagian tubuh yang sensitif terhadap rangsangan adalah
mulut.
2) Fase anal (anal stage) : kira-kira usia 18 bulan sampai 3 tahun.
Pada fase ini bagian tubuh yang sensitif adalah anus.
3) Fase falis (phallic stage): kira-kira usia 3 sampai 6 tahun.
Bagian tubuh yang sensitif pada fase falis adalah alat
kelamin.
4) Fase laten (latency stage) : kira-kira usia 6 sampai pubertas
Pada fase ini dorongan seks cenderung bersifat laten
atau tertekan.
5) Fase genital (genital stage) : terjadi sejak
individu memasuki pubertas dan selanjutnya.
Pada masa ini individu telah
mengalami kematangan pada organ reproduksi.
B. Teori Psikologi Individual
Tokoh yang
mengembangkan teori psikologi individual adalah Alfred Adler (1870-1937), yang
pada mulanya bekerja sama dengan dalam mengembangkan psikoanalisis. Karena ada
perbedaan pendapat yang tidak bisa diselesaikan akhirnya Adler keluar dari
organisasi psikoanalisis dan bersama pengikutnya dia mengembangkan aliran
psikologi yang dia sebut Psikologi Individual (Idividual Psychology).
1. Konsepsi-konsepsi Psikologi Individual
Menurut Adler manusia itu dilahirkan
dalam keadaan tubuh yang lemah. Kondisi ketidak berdayaan ini menimbulkan
perasaan inferior (merasa lemah atau tidak mampu) dan ketergantungan kepada
orang lain. Manusia, menurut Adler, merupakan makhluk yang saling tergantung
secara sosial. Perasaan bersatu dengan orang lain ada sejak manusia dilahirkan
dan menjadi syarat utama kesehatan jiwanya. Berdasarkan paradigma tersebut
kemudian Adler mengembangkan teorinya yang secara ringkas disajikan pada uraian
berikut.
a)
Individualitas sebagai pokok
persoalan
Adler menekankan pentingnya sifat
khas (unik) kepribadian, yaitu individualitas. Menurut Adler setiap orang
adalah suatu konfigurasi motif-motif, sifat-sifat, serta nilai-nilai yang khas,
dan setiap perilakunya menunjukkan corak khas gaya kehidupannya yang bersifat
individual.
b)
Dua dorongan pokok
Dalam diri setiap individu terdapat
dua dorongan pokok, yang mendorong serta melatar belakangi segala perilakunya,
yaitu :
1. Dorongan
kemasyarakatan, yang mendorong manusia bertindak untuk kepentingan orang lain;
2. Dorongan keakuan, yang mendorong manusia bertindak
untuk kepentingan diri sendiri.
c)
Perjuangan menjadi sukses atau ke
arah superior
Individu memulai hidupnya dengan
kelemahan fisik yang menimbulkan perasaan inferior. Perasaan inilah yang kemudian
menjadi pendorong agar dirinya sukses dan tidak menyerah pada inferioritasnya.
d)
Gaya hidup (style of life)
Menurut Adler setiap orang memiliki
tujuan, merasa inferior, berjuang menjadi superior. Namun setiap orang berusaha
mewujudkan keinginan tersebut dengan gaya hidup yang berbeda-beda. Adaler
menyatakan bahwa gaya hidup adalah cara yang unik dari setiap orang dalam
berjuang mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan oleh yang bersangkutan dalam
kehidupan tertentu di mana dia berada (Alwisol, 2005 : 97).
e)
Minat sosial (social interest)
Adler berpendapat bahwa minat sosial
adalah bagian dari hakikat manusia dalam dalam besaran yang berbeda muncul pada
tingkah laku setiap orang. Minat sosial membuat individu mampu berjuang
mengejar superioritas dengan cara yang sehat dan tidak tersesat ke salah suai.
Bahwa semua kegagalan, neurotik, psikotik, kriminal, pem,abuk, anak bermasalah,
dst, menurut Adler, terjadi karena penderita kurang memiliki minat sosial.
f)
Kekuatan krestif self (creative
power of the self)
Self kreatif merupakan puncak
prestasi Adler sebagai teoris kepribadian (Awisol, 2005: 98). Menurut Adler,
self kreatif atau kekuatan kreatif adalah kekuatan ketiga yang paling menentukan
tingkah laku (kekutatan pertama dan kedua adalah hereditas dan lingkungan).
Self kreatif, menurut Adler, bersifat padu, konsisten, dan berdaulat dalam struktur
kepribadian. Keturunan memberi kemampuan tertentu, lingkungan memberi imresi
atau kesan tertentu. Self kreatif adalah sarana yang mengolah fakta-fakta dunia
dan menstranformasikan fakta-fakta itu menjadi kepribadian yang bersifat
subjektif, dinamis, menyatu, personal dan unik. Self kreatif memberi arti
kepada kehidupan, menciptakan tujuan
maupun sarana untuk mencapainya.
g)
Konstelasi keluarga
Konstelasi berpengaruh dalam
pembentukan kepribadian. Menurt Adler, kepribadian anak pertama, anak tengah,
anak terakhir, dan anak tunggal berbeda, karena perlakuan yang
diterima dari orang tua dan saudara-saudara berbeda.
h)
Posisi tidur dan kepribadian
Hidup kejiwaan merupakan kesatuan
antara aspek jiwa dan raga dan tercermin
dalam keadaan terjada maupun tidur. Dari observasi yang telah dilakukan
terhadap para pasiennya. Adler menarik
kesimpulan bahwa ada hubungan posisi tidur seseorang dengan kepribadiannya.
1) Tidur terlentang, menunjukkan yang bersangkutan
memiliki sifat pemberani dan bercita-cita tinggi.
2) Tidur bergulung (mlungker), menunjukkan sifat
penakut dan lemah dalam mengambil keputusan.
3) Tidur mengeliat tidak karua, menunjukkan yang
bersangkutan memiliki sifat yang tidak teratur, semborno, dst.
4) Tidur dengan kaki di atas bantal, menunjukkan orang
ini menyukai petualangan.
5) Tidur dilakukan dengan mudah, berarti proses
penyesuaian dirinya baik.
C. Teori
Psikologi Analitis
Psikologi analitis merupakan aliran psikologi dinamis
yangdikembangkan oleh Carl Gustav Jung (1975 – 1959). Sama halnyadengan Adler,
Jung semula juga merupakan sahabat Freud dantermasuk tokoh terkemuka dalam
organisasai psikoanalisis. Dan keranaperbedaan pendapat pula keduanya lalu
berpisah. Jung kemudianmengembangkan aliran psikologi yang dia beri nama
Psikologi Analistis
1.
Pokok-pokok
Teori Carl Gustav Jung
a. Struktur kepribadian
Kepribadian atau psyche (istilah yang dipakai Jung
untukkepribadian) tersusun dari sejumlah sistem yang beroperasi dalam tiga
tingkat kesadaran : ogo beroperasi pada tingkat sadar, kompleksberoperasi pada
tingkat tak sadar pribadi, dan arsetip beroperasi padatingkat tak sadar
kolektif.
Disamping sistem-sistem yang terkait dengan daerah
operasinyamasing-masing, terdapat sikap jiwa (introvert dan ekstravert)
danfungsi jiwa (pikiran, perasaan, pengidraan, dan intuisi).
1) Sikap jiwa adalah arah enerji psikis
(libido) yang menjelma dalam bentuk orientasi manusia terhadap dunianya.
Sikap jiwa dibedakan menjadi
a)
Sikap ekstrovert
·
libido
mengalir keluar
·
minatnya
terhadap situasi sosial kuat
·
suka
bergaul, ramah, dan cepat menyesuaikan diri
·
dapat
menjalin hubungan baik dengan orang lain berkipun ada masalah.
b)
Sikap introvert
·
libido
mengalir ke dalam, terpusat pada faktor-faktor subjektif
·
cenderung
menarik diri dari lingkungan
·
lemah
dalam penyesuaian sosial
·
lebih
menyukai kegiatan dalam rumah
2) Fungsi jiwa, adalah suatu bentuk
aktivitas kjiwaan yangsecara teoritis tetap meskipun lingkungannya
berbeda-beda. Fungsi jiwa dibedakan menjadi dua
a) Fungsi
jiwa rasional, adalah fungsi jiwa yang bekerja dengan penilaian dan terdiri
dari :
ü pikiran : menilai benar atau salah
ü perasaan : menilai menyenangkan atau
takmenyenangkan
b) Fungsi
jiwa yang irasional, bekerja tanpa penilaian danterdiri dari :
ü pengideraan : sadar indrawi
ü intuisi : tak sadar naluriah
Menurut
Jung pada dasarnya setiap individu memilikikeempat fungsi jiwa tersebut, tetapi
biasanya hanyasalah satu fungsi saja yang berkembang atau dominan.Fungsi jiwa
yang berkembang paling meonjol tersebutmerupakan fungsi superior dan menentukan
tipe individuyang bersangkutan.
b. Dinamika kepribadian
Jung menyatakan bahwa kepribadian atau psyche
bersifatdinamis dengan gerak yang terus-menerus. Dinamika psychetersebut
disebabkan oleh enerji psikis yang oleh Jung disebut libido.Dalam dinamika
psyche terdapat prinsip-prinsip sebagai berikut (Alwisol,
2005 : 65)
1)
Prinsip
oposisiBerbagai sistem, sikap, dan fungsi kepribadian salingberinteraksi dengan
tiga cara, yaitu : saling bertentangan(oppose), saling mendukung (compensate),
dan bergabung menjadi kesatuan (synthese ).
Menurut Jung, prinsip oposisi paling
sering terjadi karenakepribadian berisi berbagai kecenderungan konflik.
Oposisi juga terjadi antar tipe kepribadian, ekstraversi lawan
introversi,pikiran lawan perasaa, dan penginderaan lawan intuisi.
2)
Prinsip
kompensasiPrinsip ini berfungsi untuk menjada agar kepribadian tidakmengalami
gangguan. Misalnya bila sikap sadar mengalamifrus-trasi, sikap tak sadar akan
mengambil alih. Ketika individutidak dapat mencapai apa yang dipilihnya, dalam
tidur sikaptak sadar mengambil alih dan muncullah ekpresi mimpi.
3)
Prinsip
penggabunganMenurut Jung, kepribadian terus-menerus berusahamenyatukan
pertentangan-pertentangan yang ada agartercapai kepribadian yang seimbang dan
integral.
c. Perkembangan kepribadian
Carl Gustav Jung menyatakan bahwa manusia selalu majuatau
mengejar kemajuan, dari taraf perkembangan yang kurangsempurna ke taraf yang
lebih sempurna. Manusia juga selaluberusaha mencapai taraf diferensiasi yang
lebih tinggi.
1)Tujuan
perkembangan : aktualisasi diri
Menurut Jung, tujuan perkembangan kepribadian
adalahaktuali-sasi diri, yaitu diferensiasi sempurna dan salinghubungan yang
selaras antara seluruh aspek kepribadian.
2)
Jalan perkembangan : progresi dan regresi
Dalam prose perkembangan kepribadian dapat terjadigerak maju
(progresi) atau gerak mundur (regresi). Progresi adalah terjadinya penyesuaian
diri secara memuaskan oleh aku sadar baik
terhadap tuntutan dunialuar mapun kebutuhan-kebutuhan alam tak sadar. Apabila
progesi terganggu oleh sesuatu sehingga libidoterha-langi untuk digunakan
secara progresi maka libidomembuat regresi, kembali ke fase yang telah dilewati
ataumasuk ke alam tak sadar.
3) Proses individuasi
Untuk
mencapai kepribadian yang sehat dan terintegrasisecara kuat maka setiap aspek kepribadian
harusmencapai taraf diferensiasi dan perkembangan yangoptimal. Proses untuk sampai ke arah tersebut oleh
Jungdinamakan proses individuasi atau proses penemuan diri.
2.4
Kepribadian Menurut Orientasi Behavioristik
Behaviorisme merupakan sebuah aliran dalam psikologi
yang didirikan oleh J.B. Watson. Namun demikian bila orang berbicara
kepribadian atas dasar orientasi behevioristik maka nama yang senantiasa
disebut adalah Skinner mengingat dia adalah tokoh behaviorisme yang paling
produktif dalam mengemukakan gagasan dan penelitian, paling bewrpengaruh, serta
paling berani dan tegas dalam menjawab tantangan dan kritik-kritik atas
behaviorisme (Koeswara, 2001 : 69).
A.
Teori
kepribadian Skinner
Skinner percaya bahwa kepribadian akan dapat
diketahui dari perkembangan perilaku manusia dalam berinteraksi dengan
lingkungannya secara kontinu. Bagi Skinner semua perilaku manusia ditentukan
secara sadar atau tidak.
Skinner membuat tiga asumsi dasar.
1.
Perilaku itu terjadi menurut hukum
tertentu (behavior is lawful).
Walaupun mengakui bahwa perilaku manusia
adalah organisme yang berperasaan dan berpikir, namun Skinner tidak mencari
penyebab perilaku di dalam jiwa manusia dan menolak alasan-alasan penjelasan
dengan mengendalikan keadaan pikiran (mind) atau motif-motif internal.
2.
Perilaku dapat diramalkan (behavior
can be predicted).
Perilaku manusia (kepribadiannya)
menurut Skinner ditentukan oleh kejadian-kejadian di masa lalu dan sekarang
dalam dunia objektif dimana individu tersebut mengambil bagian.
3. Perilaku
manusia sapat dikontrol (behavior can be controlled).
Perilaku dapat dijelaskan hanya
berkenaan dengan kejadian atau situas-situasi antaseden yang dapat diamati.
Bahwa kondisi sosial dan fisik di lingkungan sangat penting dalam menentukan
perilaku.
Pokok-pokok Pandangan Skinner
a. Struktur
kepribadian
Skinner tidak tertarik dengan variable structural
dari kepribadian. Tingkah laku hanya dapat diubah dan dikendalikan dengan
mengubah lingkungan. Unsur kepribadian yang dipandangnya relatif tetap adalah
tingkah laku itu sendiri. Menurut Skinner ada dua klasifikasi tingkah laku
yaitu :
1) Tingkah
laku responden (respondent behavior), adalah respon yang dihasilkan
(elicited) organisme untuk menjawab stimulus yang secara spesifik berhubungan
dengan respon itu.
2) Tingkah
laku operan (operant behavior), adalah respon yang dimunculkan (emittes)
organisme tanpa adanya stimulus spesifik yang langsung memaksa terjadinya
respon itu.
Menurut
Skinner variasi kekuatan tingkah laku disebabkan oleh pengaruh lingkungan.
b.
Dinamika kepribadian
1)
Kepribadian dan belajar
·
Hakikat toeri Skinner adalah teori
belajar, bagaimana individu memiliki tingkah laku baru, menjadi lebih terampil,
menjadi lebih tahu dan mampu, dst.
·
Menurut Skinner kepribadian dapat
dipahami dengan mempertimbangkan perkembangan tingkah laku dalam hubungannya
yang terus-menerus dengan lingkungannya. Cara yang efektif untuk mengubah dan
mengontrol tingkah laku adalah dengan melakukan penguatan (reinforcement)
.
Menurut
Skinner, ada dua macam penguatan :
·
Reinforcement positif, yaitu efek yang
menyebabkan tingkah laku diperkuat atau sering dilakukan.
·
Reinforcement negatif, yaitu efek yang
menyebabkan tingkah laku diperlemah atau tidak diulangi lagi.
2)
Pembentukan perilaku dan perilaku berantai
Skinner mengemukakan istilah shaping, yaitu upaya
secara bertahap untuk membentuk perilaku, mulai dari bentuk yang paling
sederhana sampai bentuk yang paling kompleks.
Shaping
sendiri memiliki pengertian sebagai berikut :
·
Adanya penguatan secara berbeda-beda (differential
reinforcement), yaitu ada respon yang diberi penguatan dan ada yang tidak
diberi penguatan.
·
Upaya mendekat terus-menerus (successive
approximation) yang mengacu pada pengertian bahwa hanya respon yang sesuai
dengan harapan eksperimenter yang diberi penguat.
2.5
Kepribadian Menurut Psikologi Humanistik
Istilah psikologi humanistik (Humanistic Psychology )
diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an
bekerja sama dibawah kepemimpinan Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari
dua teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran intelektual dalam
psikologi.Kedua teori yang dimaksud adalah psikoanalisis dan behaviorisme.
Maslow menyebut psikologi humanistik sebagai “kekuatan ketiga” (a third
force ).Meskipun tokoh-tokoh psikologi humanistik memiliki pandangan yang
berbeda-beda, tetapi mereka berpijak pada konsepsi fundamental yang sama
mengenai manusia, yang berakar pada salah satu aliran filsafatmodern, yaitu
eksistensialisme. Manusia, menurut eksistensialisme adalah hal yang
mengada-dalam dunia (being-in-the-world ), dan menyadari penuhakan
keberadaannya (Koeswara, 2001 : 113). Eksistensialisme menolak paham yang
menempatkan manusia semata-mata sebagai hasil bawaan ataupun lingkungan. Sebaliknya,
para filsuf eksistensialis percaya bahwa setiap individu memiliki kebebasan
untuk memilih tindakan, menentukan sendiri nasib atau wujud dari keberadaannya,
serta bertanggung jawab ataspilihan dan keberadaannya.
a. Pokok-pokok Teori Abraham Maslow
Oleh
karena eksistensialisme menekankan pada anggapan bahwamanusia memiliki
kebebasan dan bertanggung jawab bagi tindakan-tindakannya, maka
pandanganpandangan eksistensialisme menarik bagipara ahli psikologi humanistik
dan selanjutnya dijadikan landasan teoripsikologi humanistik. Adapun
pokok-pokok teori psikologi humanistik yangdikembangkan oleh Maslow adalah
sebagai berikut (Koeswara, 2001 :112-118 dan Alwisol 2005 : 252-270)
1. Prinsip
holistik
Menurut
Maslow, holisme menegaskan bahwa organisme selaluberting-kah laku sebagai
kesatuan yang utuh, bukan sebagairangkaian bagian atau komponen yang berbeda.
Jiwa dan tubuhbukan dua unsur yang terpisah tetapi bagian dari suatu kesatuan,
dan apa yang terjadi pada bagian yang satu akan mempengaruhi bagian yang lain.
Pandangan holistik dalam kepribadian, yang terpenting adalah :
a) Kepribadian
normal ditandai dengan unitas, integrasi,konsistensi, dan koherensi. Organisasi
adalah keadaan normaldan disorganisasai adalah keadaan patologis (sakit).
b) Organisme dapat dianalisis dengan membedakan
tiapbagiannya, tetapi tidak ada bagian yang dapat dipelajari dalamisolasi.
c) Organisme
memiliki suatu dorongan yang berkuasa, yaitu aktualisasi diri.
d) Pengaruh
lingkungan eksternal pada perkembangan normalbersifat minimal. Potensi
organisme jika bisa terkuak dilingkungan yang tepat akan menghasilkan
kepribadian yang sehat dan integral.
e) Penelitian
yang komprehensif terhadap satu orang lebihberguna dari pada penelitian
ekstensif terhadap banyak orangmengenai fungsi psikologis yang diisolasi.
2. Individu
adalah penentu bagi tingkah laku dan pengalamannya sendiri.Manusia adalah agen
yang sada, bebas memilih ataumenentukan setiap tindakannya. Dengan kata lain
manusia adalahmakhluk yang bebas dan bertanggung jawab.
3. Manusia
tidak pernah diam, tetapi selalu dalam proses untukmenjadi sesuatu yang lain
dari sebelumnya (becoming ).Namun demikian perubahan tersebut membutuhkan
persyaratan,yaitu adanya lingkungan yang bersifat mendukung.
4. Individu
sebagai keseluruhan yang integral, khas, danterorganisasi.
5. Manusia pada dasarnya memiliki pembawaan yang
baik atau tepatnya netral. Kekuatan jahat atau merusak pada diri manusia
merupakan hasil atau pengaruh dari lingkungan yang buruk, dan bukan merupakan
bawaan.
6. Manusia
memiliki potensi kreatif yang mengarahkan manusia kepada pengekspresian dirinya
menjadi orang yang memilikikemampuan atau keistimewaan dalam bidang tertentu.
7. Self-fulfillment
merupakan tema utama dalam hidup manusia.8. Manusia memiliki bermacam-macam
kebutuhan yang secarahirarki dibedakan menjadi sebagai berikut (Boeree, 2004)
(1)
kebutuhan-kebutuhan fisiologis (the physiological needs )
(2)
kebutuhan akan rasa aman (the safety and security needs )
(3)
kebutuhan akan cinta dan memiliki (the love and belonging needs )
(4)
kebutuhan akan harga diri (the esteem needs )
(5)
kebutuhan akan aktualisasi diri (the self-actualization needs )
b.
Teori Rogers
Metode
yang diterapkan Rogers dalam psikoterapi awalnya disebut non direktive atau
terapi yang berpusat pada klien (client centered therapy), dan pioner dalam
risetnya pada proses terapi. Pendekatan terapi yang berpusat pada klien dari
Rogers sebagai metode untuk memahami orang lain, menangani masalah-masalah
gangguan emosional. Rogers berkeyakinan bahwa pandangan humanistik dan holisme
terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Dalam teorinya, klien diajak untuk memahami
diri dan pada akhirnya menyadari untuk mengembangkan diri secara utuh.
Lima
sifat khas orang yang berfungsi sepenuhnya (fully human being), yaitu :
1. Keterbukaan pada pengalaman.
Orang
yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menerima semua pengalaman dengan
fleksibel sehingga selalu timbul persepsi baru. Dengan demikian ia akan
mengalami banyak emosi (emosional) baik yang positip maupun negatip.
2. Kehidupan ekstansial
Kualitas
dari kehidupan eksistensial dimana orang terbuka terhadap pengalamannya
sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru, dan selalu berubah dan
cenderung menyesuaikan diri sebagai respons atas pengalaman selanjutnya.
3. Kepercayan terhadap organisme orang
sendiri
Pengalaman
akan menjadi hidup ketika seseorang membuka diri terhadap pengalaman itu
sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa yang dirasanya benar
(timbul seketika dan intuitif) sehingga ia dapat mempertimbangkan setiap segi
dari suatu situasi dengan sangat baik.
4. Perasaan bebas
Orang
yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu pilihan tanpa adanya
paksaan-paksaan atau rintangan-rintangan antara alternatif pikiran dan
tindakan. Orang yang bebas memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi
mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya
sendiri, tidak pada peristiwa di masa lampau sehingga ia dapat meilhat sangat
banyak pilihan dalam kehidupannya dan merasa mampu melakukan apa saja yang
ingin dilakukannya.
5. Kreatifitas
Keterbukaan
diri terhadap pengalaman dan kepercayaan kepada organisme mereka sendiri akan
mendorong seseorang untuk memiliki kreativitas dengan cirri-ciri bertingkah
laku spontan, tidak defensif, berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai
respons atas stimulus-stimulus kehidupan yang beraneka ragam di sekitarnya.
Carl
Rogers adalah seorang psikolog humanistik yang menekankan perlunya sikap saling
menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam membantu
individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien
sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas
terapist hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers,
teknik-teknik assessment dan pendapat para terapist bukanlah hal yang penting
dalam melakukan treatment kepada klien.
Menurut
Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Aktualisasi diri adalah proses
menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi -potensi
psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh
pengalaman dan oleh belajar khususnya dalam masa kanak - kanak. Aktualisasi
diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Ketika mencapai
usia tertentu (adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri
dari fisiologis ke psikologis.
Pandangan
ini dikembangkan berdasarkan terapi yang dilakukannya. Kehidupan yang
sebaik-baiknya bukan sasaran yang harus dicapai, tetapi arah dimana orang dapat
berpartisipasi sepenuhnya sesuai dengan potensi alamiahnya. Berfungsi utuh
adalah istilah yang dipakai Rogers untuk menggambarkan individu yang memakai
kapasitas dan bakatnya, merelisasi potensinya, dan bergerak menuju pemahaman
yang lengkap mengenai dirinya sendiri dan seluruh rentang pengalamannya /
unconditional positive regards.
Menurut
Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru
memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan
yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak
ada artinya.
2. Siswa akan mempelajari hal-hal yang
bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan pelajaran berarti
mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa
3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti
mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
4. Belajar yang bermakna dalam masyarakat
modern berarti belajar tentang proses.
Rogers
menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip belajar humanistik yang penting
diantaranya ialah :
1. Manusia itu mempunyai kemampuan belajar
secara alami.
2. Belajar yang signifikan terjadi apabila
materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud
sendiri.
3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam
persepsi mengenai dirinya sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk
ditolaknya.
4. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri
ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar
itu semakin kecil.
5. Apabila ancaman terhadap diri siswa
rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan
terjadilah proses belajar.
6. Belajar yang bermakna diperoleh siswa
dengan melakukannya.
7. Belajar diperlancar bilamana siswa
dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggungjawab terhadap proses
belajar itu.
8. Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan
pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang
dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
9. Kepercayaan terhadap diri sendiri,
kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan
untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain
merupakan cara kedua yang penting.
10. Belajar yang paling berguna secara sosial di
dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu
keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam
diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
Salah
satu model pendidikan terbuka mencakup konsep mengajar guru yang fasilitatif
yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975
mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondidi yang mendukung yaitu
empati, penghargaan dan umpan balik positif.
Carl
Rogers menyatakan pentingnya penerimaan tanpa syarat, penghargaan dan hubungan
yang nyaman antara terapis dan klien, hubungan dialogis yang memberdayakan
klien untuk mencapai aktualisasi diri siswa (dalam Palmer, 2003). Implikasi
ajaran tersebut dalam bidang pendidikan adalah perlunya perilaku guru yang
menerima siswa sesuai potensinya, menciptakan hubungan yang saling percaya dan
nyaman, hubungan dialogis yang memberdayakan siswa untuk mencapai aktualisasi
diri. Pengajaran yang baik adalah “proses yang mengundang siswa untuk melihat
dirinya sebagai orang yang mampu, bernilai, dan mengarahkan diri sendiri, dan
pemberian semangat kepada mereka untuk berbuat sesuai dengan persepsi dirinya
tersebut” (Purkey & Novak, dalam Eggen & Kauchak, 1997).
Kelemahan
atau kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya yang semata-mata
melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk pertumbuhan serta
perkembangan orang lain. Rogers berpandangan bahwa orang yang berfungsi
sepenuhnya tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan seorang partisipan yang
berinteraksi dan bertanggung jawab di dalamnya.
c. Perbedaan Teori Rogers dengan Teori
Maslow
Carl
Rogers (1902-1987) adalah seorang humanistik psikolog setuju dengan sebagian
besar dari apa Maslow percaya, tetapi menambahkan bahwa bagi seseorang untuk
"tumbuh", mereka memerlukan suatu lingkungan yang menyediakan mereka
dengan genuinness (keterbukaan dan self-disclosure), penerimaan (yang dilihat
dengan hal positif tanpa syarat), dan empati (didengarkan dan dipahami).
Satu
perbedaan antara Maslow dan Rogers adalah penekanan bahwa Maslow memberikan ke
puncak pengalaman. Puncak pengalaman saat di dalam hidup yang membawa kita
melampaui persepsi biasa, pikiran, dan perasaan. Biasanya, individu merasa berenergi,
lebih "hidup". Dalam beberapa hal, pengalaman puncak mirip dengan
konsep Zen satori (harfiah "pencerahan"), yang, seperti pengalaman
puncak, datang tanpa diduga, dan mengubah pemahaman individu tentang diri dan
dunia. Karena sifat "mistis" dari pengalaman puncak, beberapa
psikolog kurang nyaman dengan teori Maslow dari pada dengan Rogers, yang
menggunakan konsep yang lebih mudah berhubungan dengan psikologi
"mainstream". Mungkin, ini account untuk Maslow yang dipandang
sebagai kurang berpengaruh di antara terapis. Dalam setiap kasus, tidak ada
keraguan bahwa gagasan Maslow tentang motivasi telah menjadi dikenal secara
luas dan digunakan, sebagai link di bawah ini membantu untuk menggambarkan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori
kepribadian di pelajari guna
mempermudah dalam memahami
perilaku dan kepribadian manusia
karena tanpa teori kepribadian hal tersebut pasti sulit untuk dilaksanakan. Adapula
klasifikasi teori kepribadian yang didasarkan pada sejarah perkembangannya yang
kemudian menjadi kekutan besar yang dijadikan orientasi dalam pengembangan
teori-teori kepribadian. Boeree (2005 : 29)
menyatakan
bahwa ada 3 orientasi atau kekuatan besar dalam teori kepribadian, yaitu :
1. Psikoanalisis
beserta aliran-aliran yang dikembangkan atas paradigma yang sama atau hampir
sama, yang dipandang sebagai kekuatan pertama.
2. Behavioristik
yang dipandang sebagai kekuatan kedua.
3. Humanistik,
yang dinyatakan sebagai kekuatan ketiga.
Masing-masing teori juga di perkuat olek para
tokoh-tokoh ahlinya yang memudahkan kita untuk mengetahui lebih mendalam
mengenai teori kepribadian.
DAFTAR PUSTAKA
Suryabarta,
Sumadi. 2003. Psikologi Kepribadian. Jakarta :Fajar Interpratama Offset
Langganan:
Postingan (Atom)