BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Saat ini banyak kritik yang
ditunjukkan pada cara guru mengajar yang terlalu menekankan pada penguasaan
materi atau konsep belaka. penumpukan informasi materi atau konsep pada subjek
didik dapat kurang bermanfaat atau bahkan tidak bermanfaat sama sekali kalau
hal tersebut hanya dikonsumsikan oleh guru terhadap subjek didik melalui satu
arah seperti menuangkan air dalam gelas (Rapengan 1993:1). Tidak dapat
disangkal konsep adalah suatu yang penting oleh subjek yang didik. Namun bukan
pada konsep itu sendiri akan tetapi pada pentingnya pemahaman konsep dalam
proses belajar mengajar sangat mempengaruhi sikap, keputusan, dan cara - cara
memecahkan masalah. Untuk itu yang terpenting terjadi belajar yang bermakna dan
tidak hanya seperti menuang air kedalam gelas.
Kita ketahui pula Anak CIBI adalah anak
yang memiliki bakat diatas rata- rata dibandingkan anak lain, sekitar 1,3 juta
anak indonesia adalah anak masuk kategori CIBI (2011). mereka mempunyai
kelebihan dengan rata -rata IQ diatas 125. mereka juga dapat cepat menguasai
materi pembelajaran di sekolah. Namun disisi lain mereka cepat bosan dan
frustasi karena kurangnya tantangan yang diterimah di sekolah. anak CIBI juga
memiliki minat tertentu yang menjadi fokus perhatiaannya, tapi fokus dan
perhatiaannya terhadap minat ini membuat anak CIBI penasaran dan terkadang
tidak perduli dengan berbagai aktivitas lainnya dalam proses belajar mengajar
di kelas.
Dari pernyataan diatas dapat
disimpulkan bahwa guru harus memiliki cara yang kreatif dan inovatif untuk
mengajar anak CIBI agar mereka mampu mengembangkan bakat atau potensi yang ia
miliki akan tetapi tidak lupa dengan sikap atau perilaku mereka yang harus
diperhatikan. karena sepandai apapu seseorang bila tidak dibarengi dengan
perilaku yang baik maka akan sia - sia. Salah satu solusinya adalah
pembelajaran kooperatif dimana siswa dituntut untuk belajar bersama sehingga
meningkatkan rasa simpati dan empati seorang anak dan dapat menjalin kerjasama
diantara mereka. diharapkan dengan pembelajaran ini anak dengan bakat dan
kecerdasan istimewa mampu berkembang dan menumbuhkan rasa empatinya terhadap
sesama.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan accelerated Teaching ?
2.
Apa
yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif ?
3.
Apa
Tujuan dari pembelajaran kooperatif ?
4.
Bagaimana
bentuk atau model dari pembelajaran Kooperatif ?
5.
Apa
manfaat pembelajaran kooperatif pada anak?
1.3 Tujuan
1.
Memahami
tentang accelerated Teaching
2.
Memahami
Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif
3.
Memahami
Tujuan dari pembelajaran kooperatif
4.
Memahami bentuk atau model dari pembelajaran
kooperatif
5.
Memahami manfaat pembelajaran kooperatif pada anak
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Accelarated
Teaching
Pengajaran akselerasi sendiri memiliki
beberapa unsur yang biasa disebut dengan MASTER PLAN. Master adalah singkatan
dari M = Mind (Pikiran), Acquire the fact (Memperoleh fakta), S = Search out
the meaning (Menyelidiki makna), T = Trigger the memory (Memicu ingatan) ,
Exhibit what you know (Memamerkan apa yang anda ketahui), Reflect
(Merefleksikan) . dalam Aquired the fact dapat dibagi beberapa sub yaitu gangguan
inti, serangan VAK, memetakan, ketidak
bergantungan dan pertanggung jawaban
serta cara belajar kooperatif atau kerjasama. dalam pembelajaran kooperatif ,
Salah satu keterampilan paling bernilai dalam hidup adalah kemampuan untuk
bekerja secara efektif dalam tim informal . kelas hendaknya mengajarkan hal
tersebut lewat belajar bersama bukan hanya sekedar membiarkan anak - anak
berkembang bersama, tetapi juga membutuhkan intruksi yang hati - hati dan
seksama.
Berikut
adalah penjelasan pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran.
2.
Landasan
Pemikiran Pembelajar kooperatif
Pembelajaran
yang bernaung dalam teori konstruktivis adalah kooperatif. Pembelajaran
kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan
memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusik dengan temannya.
Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan
masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok
sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.
Di
dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang
terjadi dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen,kemampuan, jenis
kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya
kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk
dapat terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan kegiatan belajar. Selama
bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan
materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk
mencapai ketuntasan belajar.
Selama
belajar secara kooperatif siswa tetap tinggal dalam kelompoknya selama beberapa
kali pertemuan. Mereka diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat
bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar aktif,
memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, berdiskusi, dan sebagainya.
Agar terlaksana dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi
pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama bekerja dalam
kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi. Belajar
belum selesai jika salah satu anggota kelompok ada yang belum menguasai materi
pelajaran.
Sebagaimana
model-model pembelajaran lain, model pembelajaran lain, model pembelajaran
kooperatif memiliki tujuan-tujuan, langkah-langkah, dan lingkungan belajar dan
sistem pengelolaan yang khas.
3. Tujuan
pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan
sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara
berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama (Eggen and Kauchak, 1996: 279).
Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuahn usaha untuk meningkatkan
partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinandan
membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk
berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya.
Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa
ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah
tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan
sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.
4.
Variasi
Dalam Model Pembelajaran Kooperatif
A. Beberapa pakar belajar
bekerjasama David dan roger johnson, dalam buku mereka Learning Together an Alone.
·
Buatlah kelompok -
keompok kecil idealnya 4 siswa perkelompok
·
setiap siswa
bertanggung jawab mempelajarai kira - kira seperempat materi yang dipelajari
·
kemudian mereka
mempelajari bagiannya masing - masing
·
setelah itu, setiap
siswa mengajarkan kepada tiga kawan setimnya, dan menguji mereka guna melihat
pemahan atas materi yang bersangkutan. (pada tahap ini telah terjadi
pembelajaran secara individu dan kelompok)
·
kemudian
diselenggarakan turnamen kelas untuk menguji pemahaman (tim - tim berkompetisi)
·
selanjutnya, guru
memberi setiap kelompok sebuah proyek dimana tiap - tiap siswa bisa memberikan
kontribusi, yang bekerja secara bersama maksudnya, sebuah pekerjaan kolaboratif
yang didasarkan pada apa yang telah mereka pelajari sebelumnya.
·
Setelah itu Guru
menilai proyek kelompok yang sudah selesai dan menguji setiap anak. nilai -
nilai dialokasikan atas dasar :
·
Bagaimana setiap siswa
menunjukkan penampilan individualnya
·
dengan bonus yang
diberikan atas dasara rata - rata penampilan kelompok.
·
dan bonus selanjutnya
diberikan atas dasar cara setiap kelompok bekerja sama, maksunya atas dasar
proses bekerja sama
§ dalam metode ini ada
pertanggung jawaban secara individual , kesaling ketergantungan dan kerjasama
B.
Student Teams
Achievement Division ( STAD)
Pembelajaran
kooperatif tipe STD ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran
kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota
tiap kelompok 4-5 orang siswa secara hiterogen. Diawali dengan penyampaian
tujuan, pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan
penghargaan kelompok.
Slain
(dalam Nur, 2000:26) menyatakan bahwa siswa ditempatkan dalam tim belajar
beranggota 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis
kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam
tim mereka memastiakn bahwa seluruh anggota tim telah mengusai pelajaran
tersebut. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada
saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu.
Seperti
halnya pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif tipe STAD ini juga
membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan
persiapan-persiapan tersebut antara lain
:
a.
Perangkat
pembelajaran
Sebelum
melaksanakan kegiatan pembelajarannya yang meliputi Rencana pembelajaran (RP).
Buku Siswa, Lembar Kegiatan Siswa (LKS) beserta lembar jawabannya.
b.
Membentuk
kelompok koperatif
Menentukan
anggota kelompok diusahakan agar kemampuan siswa dalam kelompok adalah
hiterogen dan kemampuan antar satu kelompok dengan kelompok lainnya relative
homogen Apabila memungkinkan kelompok kooperatif perlu memperhatikan ras,
agama, jenis kelamin, dan latar belakang sposial apabila dalam kelas terdiri
dari ras dan latar belakang yang relatif sama, maka pembentukan kelompok dapat
didasarkan pada prestasi akademik, yaitu :
(1) Siswa
dalam kelas terlebih dahulu diranking sesuai kepandaian dalam mata pelajaran
sains fisika. Tujuannya adalah untuk mengurutkan siswa sesuai kemampuan sains
fisikanya yang digunakan untuk mengelompokkan siswa ke dalam kelompok.
(2) Menentukan
tiga kelompok dalam kelas yaitu kelompok atas , kelompok menengah, dan kelompok
bawah. Kelompok atas sebanyak 25% dari seluruh siswa yang diambil dari siswa
rangking satu, kelompok tengah 50 % dari
selurah siswa yang diambil dari urutan setelah diambil kelompok atas,
dan kelompok bawah sebanyak 25% dari seluruh siswa yaitu terdiri atas siswa
setelh diambil kelompok atas dan kelompok menengah
c.
Menentukan
skor awal
Skor
awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai ulangan
sebelumnya. Skor awal ini dapat berubah setelah ada kuis. Misalnya pada
pembelajaran lebih lanjut dan setelah diadakan tes, maka hasil tes
masing-masing individu dapat dijadikan skor awal.
d.
Pengaturan
tempat duduk
Pengaturan tempat duduk
dalam tes kooperatif perlu juga diatur dengan baik, hal ini dilakukan untuk
menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif apabila tidak ada pengaturan
tempat duduk dapat menimbulkan kekacauan yang menyebabkan gagalnya pembelajaran
pada kelas kooperatif.
e.
Kerja
kelompok
Untuk
mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD, terlebih dahul
diadakan latihan kerja sama kelompok. Hal ini bertujuan untuk lebih jauh
mengenalkan masing-masing individu dalam kelompok.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
tipe STAD ini didasarkan pada langkah-langkah kooperatif yang terdiri dari atas
enam langkah atau fase. Fase-fase dalam pembelajaran ini seperti tersajikan
dalam table 4.4 berikut ini,
Table
4.4
Fase-fase
pembelajaran kooperatif tipe STAD
Fase
|
Kegiatan Guru
|
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
|
Menyampaikan
semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan
memotivasi siswa belajar
|
Fase 2
Menyajikan/ menyampaikan informasi
|
Menyajikan
informasi kepada siswa dengn jalan mendemontrasikan atau lewat bahan bacaan.
|
Fase 3
Mengorganisasikan siswa dalam
kelompok-kelompok belajar
|
Menjelaskan
kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
|
Fae 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
|
Membimbing
kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
|
Fase 5
Evaluasi
|
Mengevaluasi
hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-masing kelompok
memprentasikan hasil kerjannya.
|
Fase 6
Memberikan penghargaan
|
Mencari cara-cara
untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
|
(sumber: Ibrahim,dkk.2000:10)
Penghargaan atas keberhasilan kelompok
dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Menghitung
skor individu
Menurut Slavin (dalam
Ibrahim,dkk.2000) untuk memberikan skor perkembangan individu dihitung seperti
pada Table 4.5 berikut ini:
Tabel 4.5
Perhitungan Skor Perkembangan
Nila Tes
|
Skor Perkembangan
|
ü Lebih dari 10
poin di bawah skor awal ………………………..
ü 10 poin di bawah
sampai 1 poin di bawah skor awal …………
ü Skor awal sampai
10 poin di atas skor awal …………………..
ü Lebih dari 10
poin di atas skor awal …………………………..
ü Nilai sempurna
(tanpa perhatikan skor awal ) …………………
|
0 poin
10 poin
20 poin
30 poin
30 poin
|
b. Menghitung
skor kelompok
Skor kelompok ini di hitung dengan
membuat rata-rata skor perkembangan anggota klompok, yaitu dengan menjumlah
semua skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok. Sesua dengan rata-rata
skor perkembangan kelompok, diperoleh kategori skor kelompok seperti tercantum
pada table 4.6
Table 4.6
Tingkat penghargaan kelompok
Rata-rata tim
|
Predikat
|
0 ≤ x
≤ 5
5 ≤ x ≤ 15
15
≤ x ≤ 25
25
≤ x ≤ 30
|
-
Tim baik
Tim hebat
Tim super
|
Sumber
: Ratumana,2002
c. Pemberian
hadiah dan pengakuan skor kelompok setelah masing-masing kelompok meperoleh
predikat, guru memberikan hadian/penghargaan kepada masing-masing kelompok
sesuai dengan predikatnya.
Dari tinjauan tentang pembelajarn
kooperatif tipe STAD ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD
merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana. Dikatakan demikian
karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih dekat dengan kaitannya dengan
pembelajaran konvesional. Hal ini dapat dilihat pada fase 2 dari fase-fase
pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu adanya penyajian informasi atau materi
pelajaran. Perbedaan model ini dengan model konvensional terletak pada adanya
pemberian penghargaan pada kelompok.
C. Tim
Ahli (Jigsaw)
a. Gambaran
umum Jigsaw
Jigsaw
telah dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot Aroson dan teman-teman di
Universitas Texas, dan diadopsi oleh Slavin dan teman-teman di Univesitas John
Hopkins.
b. Langkah-langkah
pembelajaran Jigsaw
·
Siswa
dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5-6 orang).
·
Materi
pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi
menjadi beberapa sub bab.
·
Setiap
ang;gota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk
mempelajarinya. Misalnya, jika materi yang disampaikan mengenai sistem
ekskresi. Maka seorang siswa dari satu kelompok mempelajari tentang ginjal,
siswa yang lain dari kelompok satunya mempelajari tentang paru-paru, begitupun
siswa lainnya mempelajari kulit, dan lainnya lagi mempelajari hati.
·
Anggota
dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam
kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya.
·
Setiap
anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas mengajar
teman-temannya.
·
Pada
pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis
individu.
Persyaratan
lain yang perlu disiapkan guru, antara lain: (1) bahan kuis; (2) lembar kerja
siswa; dan (3) rencana pembelajaran. Sistem evaluasi pada Jigsaw sama dengan
sistem evaluasi pada tipe STAD.
D.
Investigsi Kelompok
Investigasi
kelompok merupakan model pembelajar kooperatif yang paling kompleks dan paling
sulit untuk diterapkan. Model ini dikembangkan pertama kali oleh Thelan. Dalam
perkembagannya model ini diperluas dan dipertajam oleh Sharan dari Universitas
Tel Aviv. Berbeda dengan STAD dan Jigsaw, siswa terlibat dalam perencanaan baik
topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya penyelidikan mereka. Pendekatan
ini memerlukan norma dan struktur kelasyang lebih rumit daripada pendekatan
yang lebih berpusat pada guru. Pendekatan ini juga memerlukan mengajarkl siswa
terampil komunikasi dan proses kelompok yang baik.
Dalam
implementasi tipe investigasi kelompok guru membagi kelas menjadi
kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 siswa yang heterogen. Kelompok disini
dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang
sama dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki,
dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih. Selanjutnya
ia menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.
Sharan,
dkk (1984) membagi langkah-langkah pelaksanaan model investigasi kelompok
meliputi 6 (enam) fase.
a.
Memilih topik
Siswa memilih subtopik khusus ke dalam
suatu daerah masalah umum yang biasanya diterapkan oleh guru. Selanjutnya siswa
diorganisasikan menjadi dua sampai enam anggota tiap kelompok menjadi
kelompok-kelompok yang berorientasi tugas. Komposisi kelompok hendaknya
heterogen secara akademis maupun etnis.
b.
Perencanaan kooperatif
Siswa dan guru merencanakan prosedur
pembelajaran, tugas dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah
dipilih pada tahap pertama.
c.
Implementasi
Siswa menerapkan rencana yang telah
mereka kembangkan di dalam tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya
melibatkan ragam aktivitas dan keterampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan
siswa kepada jenis-jenis sumber belajar yang berbeda baik di dalam atau diluar
sekolah. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan
bantuan bila diperlukan.
d.
Analisis dan sintesis
Siswa menganalisis dan mensintesis
informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi
tersebut diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk
dipresentasikan kepada seluruh kelas.
e.
Presentasi hasil final
Beberapa kelompok atau semua kelompok
menyajikan hasil penyelidikannya dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas,
dengan tujuan agar siswa yang lain saling terlibat satu sama lain dalam
pekerjaan mereka dan memperoleh perspektif luas pada topik itu. Presentasikan
dikoordinasikan oleh guru.
f.
Evaluasi
Dalam hal kelompok-kelompok menangani
aspek yang berbeda dari topik yang saam, siswa dan guru mengevaluasi tiap
kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruahan. Evaluasi
yang dilakukan dapat berupa penilaian individual atau kelompok.
E.
Think
Pair Share (TPS)
Strategi
think-pair-share (TPS) atau berfikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
Strategi think-pair-share ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan
waktu tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh Fang Lyman dan koleganya di
Universitas Maryland sesuai dikutip Arends (1997), menyatakan bahwa
think-pair-share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi
suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi
membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan
prosedur yang digunakan dalam think-pair-share dapat meberi siswa lebih banyak
waktu berfikir, untuk merespon dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa
membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda tanya. Sekarang guru
menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan
dialami. Guru memilih menggunakan think-pair-share untuk membandingakn tanya
jawab kelompk keseluruhan. Guru menggunakan langkah-langkah (fase) berikut :
v Langkah 1 : Berfikir
(Thinking)
Guru
mengajukan satu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan
meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berfikir sendiri jawaban
atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicaa atau mengerjakan
bukan bagian berfikir.
v Langkah 2 : Berpasangan
(Pairing)
Selanjutkan
guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka
peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika
suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah
khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru member waktu tidak lebih dari
4-5 menit ungtuk berpasangan.
v Langkah 3 : Berbagi
(Sharing)
Pada
langkah akhir, guru meminta pasanga-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan
kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan
dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan
mendapat kesempatan melaporkan Arend, (1997) disadur Tjokrodiharjo, (2003).
F.
Numbered
Head Together (NHT)
Numbered Head Together (NHT)
atau penomoran berfikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif
yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternative
terhadap struktur kelas tradisional. NUMBEREED
HEAD TOGETHER (NHT) pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen (1993)
untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercangkup dalam
suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut
Dalam
mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan stuktur empat fase
sebagai sintaks NHT :
v Fase 1 : Penomoran
Dalam
fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap
anggota kelompok diberi nomor anatara 1 sampai 5.
v Fase 2 : Mengajukan
pertanyaan
Guru
mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi.
Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya. Misalnya,
“berapak jumlah gigi orang dewasa?” atau berbentuk arahan, misalnya “pastikan
setiap orang mengetahui 5 buah ibu kota provinsi yang terletak di Pulau
Sumatra.
v Fase 3 : Berfikir
bersama
Siswa
menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan tiap anggotanya Dalam timnya mengetahui jawaban ini
v Fase 4 : Menjawab
Guru
memanggil satu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai
mengacunkangkan tangannya dan mencoba menjawab untuk seluruh kelas.
5. Manfaat
Pembelajaran Koopeartif bagi
Para ahli telah menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas
akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan
membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Pembelajaran kooperatif
dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas
yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
Pembelajaran kooperatif mempunyai
efek yang berarti terhadap penerimaan yang luas terhadap keragaman ras, budaya
dan agama, strata sosial, kemampuan, dan ketidakmampuan (Ibrahim, dkk, 2000:
9). Pembelajaran koopeeatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar
belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas
tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif,
belajar untuk menghargai satu sama lain.
Keterampilan sosial atau kooperatif
berkembang secara signifikan dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran
kooperatif sangat tepat digunakan untuk melatihkan keterampilan-keterampilan
kerjasama dan kolaborasi, dan juga keterampilan-keterampilan tanya-jawab.
(Ibrahim, dkk, 2000: 9).
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Pembelajaran kooperatif lebih
ditekankan pada tuntutan untuk belajar bersama sehingga meningkatkan rasa
simpati dan empati seorang anak dan dapat menjalin kerjasama diantara mereka.
diharapkan dengan pembelajaran ini anak dengan bakat dan kecerdasan istimewa
mampu berkembang dan menumbuhkan rasa empatinya terhadap sesama. dalam
pembelajaran kooperatif sendiri ada beberapa model yaitu STAD,JIGSAW,INVESTIGASI
KELOMPOK,TPS dan NHT
Daftar Pustaka
Rose colin and Malcolm J. Nicholl.
2009.Accelerated Learning for the 21 th Century. Bandung : Nuansa
robinson, ann. 1991. the national research center on the gifted
and talented : cooperative Learning and the academically talented
student. University of Arkansas (di unduh pada tanggal 10 oktober 2015)
Trianto. 2007. Pembelajaran Inovatif
berorientasi kontrutivistik. Jakarta : prestasi pustaka publisher
Tidak ada komentar:
Posting Komentar