Jumat, 05 Februari 2016

Alat evaluasi

Alat Evaluasi
II.1 Pengertian Alat-alat Evaluasi
            Dalam pengertian umum, alat adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang dalam melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien. Kata ”alat” biasa juga disebut dengan istilah instrumen”. Dengan demikian maka alat evaluasi juga dikenal dengan instrumen evaluasi. Dengan pengertian tersebut maka alat evaluasi dikatakan baik apabila mampu mengevaluasi sesuatu yang dievaluasi dengan hasil seperti keadaan yang dievaluasi. Secara garis besar, alat evaluasi yang biasa digunakan dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu bukan tes (non test) dan tes. Selanjutnya bukan tes (non test) dan tes ini juga disebut sebagai teknik evaluasi.
II. 2 Teknik Evaluasi
            Alat evaluasi dapat dibagi menjadi dua cara, yaitu dengan tes dan bukan tes (non test). Selanjutnya teknik tersebut digunakan untuk mengetahui data-data dari individu. Teknik yang digunakan harus disesuaikan dengan individu yang nantinya akan dievaluasi.
a.      Tes
Tes adalah penilaian secara komperhensive terhadap individu melalui evaluasi program, tes ini menggunakan cara yang cepat dan tepat dan lebih resmi karena terdapat batasan-batasan.
·         Fungsi Tes
Secara umum, ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu:
a)      Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.
b)      Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat dicapai.
·         Penggolongan Tes
Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, maka dibedakan atas adanya 3 macam tes, yaitu
1.      Tes diagnostic
2.      Tes penempatan
3.      Tes Formatif
4.      Tes Sumatif
5.      Tes seleksi
6.      Tes awal
7.      Tes Akhir
Berikut keterangan masing-masing tes diatas:
1.            Tes diagnostik. Adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat. 
2.            Tes Penempatan
 Mengetahui keterampilan yang diperlukan untuk mengikuti suatu program belajar.
 Mengetahui sampai dimana siswa telah mencapai tujuan seperti di programkan dalam satu  satuan   pembelajaran    sebelum   mereka   memulai   kegiatan   untuk   program        pembelajaran.
3.            Tes formatif. Dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu program tertentu. Dalam kedudukannya seperti ini tes formatif dapat juga dipandang sebagai tes diagnostik pada akhir pelajaran. Evaluasi formatif atau tes formatif diberikan pada akhir setiap program. Tes ini merupakan post-test atau tes akhir proses.
Program

 
Pre-test                                                            Post-tes

Evaluasi formatif mempunyai manfaat, baik bagi siswa, guru, maupun program itu sendiri.
a.       Manfaat bagi siswa.
-        Digunakan untuk mengetahui apakah siswa menguasai bahan program secara menyeluruh.
-      Merupakan penguatan (reinforcement) bagi siswa. Denga n mengetahui bahwa tes yang dikerjakan sudah menghasilkan skor yang tinggi sesuai dengan yang diharapkan maka siswa merasa mendapat ”anggukan kepala” dari guru, dan ini merupakan suatu tanda bahwa apa yang sudah dimiliki merupakan pengetahuan yang sudah benar. Dengan demikian maka pengetahuan itu akan bertambah membekas diingatan. Di samping itu, tanda keberhasilan suatu pelajaran akan memperbesar motivasi siswa untuk belajar lebih giat, agar dapat mempertahankan nilai yang sudah baik itu atau akan memperoleh yang lebih baik lagi.  
-          Usaha perbaikan. Dengan umpan balik (feed back) yang diperoleh setelah melakukan tes, siswa mengetahui kelemahan-kelemahannya. Bahkan dengan teliti siswa mengetahui bab atau bagian dari bahan yang mana yang belum dikuasainya. Dengan demikian, akan ada motivasi untuk meningkatkan penguasaan. -          Sebagai diagnosis. Bahan pelajaran yang sedang dipelajari oleh siswa merupakan serangkaian pengetahuan, ketrampilan, atau konsep. Dengan mengetahui hasil tes formatif, siswa dengan jelas dapat mengetahui bagian mana dari bahan pelajaran yang masih dirasakan sulit. 
b.      Manfaat bagi guru.
-        Mengetahui sampai sejauh mana bahan yang diajarkan sudah dapat diterima oleh siswa. Hal ini akan menentukan pula apakah guru itu harus mengganti cara menerangkan (strategi mengajar) atau tetap dapat menggunakan cara (strategi) yang lama.
-       Mengetahui bagian-bagian mana yang belum bisa dipahami oleh siswa. Apabila bagian yang belum dikuasai kebetulan merupakan bahan prasyarat bagi bagian pelajaran yang lain, maka bagian itu harus diterangkan lagi, dan barangkali memerlukan cara atau media lain untuk mengganggu kelancaran pemberian bahan pelajaran selanjutnya, dan siswa akan semakin tidak dapat menguasainya.
-        Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program yang akan diberikan. 
c.       Manfaat bagi program. Setelah diadakan tes formatif maka diperoleh hasil. Dari hasil tersebut dapat diketahui:
-        Apakah program yang telah diberikan merupakan program yang tepat, dalam arti sesuai dengan kecakapan anak.
-     Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan-pengetahuan prasyarat yang belum diperhitungkan.
-        Apakah diperlukan alat, sarana, dan prasarana untuk mempertinggi hasil yang akan dicapai.
-          Apakah metode, pendekatan, dan alat evaluasi yang digunakan sudah tepat. 
4.            Tes sumatif. Evaluasi sumatif atau tes sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok program yang lebih besar. Dalam pelaksanaannya, tes formatif dapat disamakan dengan ulangan harian, sedangkan tes sumatif ini dapat desamakan dengan ulangan umum yang dilaksanakan pada tiap akhir semester.            
         Ada beberapa manfaat tes sumatif, dan 3 diantarannya yang terpenting adalah:
 -       Untuk menentukan nilai. Apabilates formatif terutama digunakan untuk memberikan informasi demi perbaikan penyampaian, dan tidak digunakan untuk memberikan nilai atau tidak digunakan untuk penentuan kedudukan seorang siswa di antara teman-temannya (grading), maka nilai dari tes sumatif ini digunakan untuk menentukan kedudukan siswa.
-        Untuk menentukan dapat atau tidaknya seorang siswa mengikuti kelompok dalam menerima program berikutnya. Dalam kepentingan seperti ini maka tes sumatif berfungsi sebagai tes prediksi.
-        Untuk mengisi catatan kemajuan belajar siswa yang akan berguna bagi orang tua siswa, pihak bimbingan dan penyuluhan di sekolah, dan pihak-pihak lain apabila siswa tersebut akan pindah ke sekolah lain.
5.            Tes Seleksi sering dikenal dengan istilah “Ujian Saringan” atau “Ujian Masuk”. Tes ini dilaksanakan dalam rangka penerimaan calon siswa baru, di mana hasil tes digunakan untuk memilih calon peserta didik yang tergolong paling baik dari sekian banyak calon yang mengikuti tes.
         Sebagai tindak lanjut dari hasil tes seleksi, maka para calon yang dipandang memenuhi batas persyaratan minimal yang telah ditentukan sebagai peserta tes yang lulus dan dapat diterima sebagai siswa baru, sedangkan mereka yang dipandang kurang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, dinyatakan tidak lulus dan karenanya tidak dapat diterima sebagai siswa          
6.            Tes Awal sering dikenal dengan istilah pre-test. Tes pre-test. Tes jenis ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh peserta didik. Karena itu maka butir-butir soalnya dibuat yang mudah-mudah
Isi atau materi tes awal pada umumnya ditekankan pada bahan-bahan penting yang seharusnya sudah diketahui atau dikuasai oleh peserta didik sebelum pelajaran diberikan kepada mereka.
Setelah tes awal itu berakhir, maka sebagai tindakan lanjutan: a) Jika dalam tes awal itu semua materi yang ditanyakan dalam tes sudah dikuasai dengan baik oleh peserta didik, maka materi yang telah ditanyakan dalam tes awal itu tidak akan diajarkan lagi. b) Jika materi yang dapat dipahami oleh peserta peserta didik baru sebagian saja, maka diajarkan adalah materi pelajaran yang belum cukup dipahami oleh para peserta didik tersebut.
7.            Tes Akhir sering dikenal dengan istilah post-test. Tes akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh peserta didik. Isi materi dari tes ini adalah materi-materi atau bahan-bahan yang telah diajarkan kepada peserta didik.

b.      Bukan Tes (Non Tes)
Bukan tes (non tes) adalah penilaian terhadap suatu individu evaluasi ini lebih mengarah kepada kecakapan, bakat, sikap, karakteristik dan lain sebagainya.
Yang tergolong dalam alat ukur non test adalah:
1.    Skala bertingkat (rating scale).
2.    Kuesioner (questionair).
3.    Daftar cocok (check list).
 4.    Wawancara (interview).
5.    Pengamatan (observation).
6.    Riwayat hidup. 
Berikut keterangan dari  setiap alat pengukur tersebut:
1)    Skala bertingkat (rating scale). Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu hasil pertimbangan. Seperti Oppenheim mengatakan: Rating gives  a numerical value to some kind of judgement, maka suatu skala selalu disajikan dalam bentuk angka. Kita dapat menilai hampir segala sesuatunya dengan skala. Dengan maksud agar pencatatannya dapat objektif maka penilaian terhadap penampilan atau penggambaran kepribadian seseorang disajikan dalam bentuk skala.
2)      Kuesioner (questionair). Kuesioer sering juga dikenal sebagai angket. Pada dasarnya kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi orang yang akan diukur (responden). Dengan kuesioner ini orang dapat diketahui tentang keadaan/data diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapatnya, dan lain-lain.
Tentang macam kuesioner, dapat ditinjau dari beberapa segi.
a). Ditinjau dari segi siapa yang menjawab.
-       Kuesioner langsung. Jika kuesioner tersebut dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang akan dimintai jawaban tentang dirinya.
-         Kuesioner tidak langsung. Adalah kuesioner yang dikirimkan oleh bukan orang yang diminta keterangannya.
b). Ditinjau dari segi cara menjawab.
-          Kuesioner tertutup. Adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pelihan jawaban lengkap pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang akan dipilih.
-          Kuesioner terbuka. Adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga para pengisi bebas mengemukakan pendapatnya. Kuesioner digunakan untuk meminta pendapat orang. 
3)      Daftar cocok (ceck list). Yang dimaksud dengan daftar cocok adalah deretan pertanyaan (yang biasanya singkatsingkat), dimana responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok di tempat yang sudah disediakan. 
4)     Wawancara (interview). Wawancara adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan. Pertanyaan hanya diajukan oleh subjek evaluasi. Wawancara dilakukan dengan 2 cara, yaitu: -        
·         Wawancara bebas, dimana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh subjek evaluasi. -        
·          Wawancara terpimpin, dilakukan oleh subjek evaluasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun terlebih dahulu. Jadi dalam hal ini responden pada waktu menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah dipersiapkan.  
5)     Pengamatan (observation). Pengamatan adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. Ada 2 macam observasi:
-        Observasi partisipan, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat, tetapi dalam pada itu pengamat memasuki dan mengikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati.
-        Observasi sistematik, yaitu observasi dimana faktor-faktor yang diamati sudah didaftar secara sistematis dan sudah diatur menurut kategorinya. Berbeda dengan observasi partisipan, maka dalam observasi sistematik ini pengamat berada diluar kelompok. 
6)     Riwayat hidup. Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat hidup, maka subjek evaluasi akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian, keabiasaan, dan sikap dari objek yang dinilai.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar