RUMUSAN MASALAH
1.
Apa yang dimaksud dengan aspek
hasil belajar ranah afektif?
2.
.Apa saja aspek penilaian aspek
afektif?
3.
Apa saja jenis penilaian
kepribadian?
TUJUAN
1.
Mengetahui Apa yang dimaksud
dengan aspek hasil belajar ranah afektif
2.
Mengetahui aspek penilaian
aspek afektif
3.
Mengetahui jenis penilaian
kepribadian
BAB II
PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN
RANAH AFEKTIF
Ranah
Afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.Afektif berhubungan
dengan emosi seperti perasaan, nilai, apresiasi, motivasi dan sikap.Beberapa
pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat di ramalkan perubahannya bila
seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi.
Pengukuran ranah afektif tidaklah
semudah mengukur ranah kognitif.Pengukuran ranah afektif tidak dapat dilakukan
setiap saat (dalam arti pengukuran formal) karena perubahan tingkah laku siswa
tidak dapat berubah sewaktu-waktu.Pengubahan sikap seseorang memerlukan waktu
yang relatif lama.Demikian juga pengembangan minat dan penghargaan serta
nilai-nilai.Di dalam petunjuk pelaksanaan penilaian
pendidikan sejarah perjuangan bangsa (PSPB)
disebutkan bahwa penilaian ranah kognitif bertujuan mengukur pengembangan
penalaran, sedangkan tujuan penilaian afektif adalah sebagai berikut.
a. Untuk
mendapatkan umpan balik (feedback), baik bagi guru maupun siswa sebagai dasar
untuk memperbaiki proses belajar-mengajar dan mengadakan program perbaikan
(remedial program) bagi anak didiknya.
b. Untuk
mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai, yang antara
lain diperlukan sebagai bahan untuk perbaikan tingkah laku anak didik,
pemberian laporan kepada orang tua, dan penentuan lulus tidaknya anak didik.
c. Untuk
menempatkan anak didik dalam situasi belajar-mengajar yang tepat, sesuai dengan
tingkat pencapaian dan kemampuan serta karakteristik anak didik.
d. Untuk
mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku anak didik.
(Depdikbud, 1983;2)
Sebelum
melakukan penilaian terhadap aspek afektif, sama halnya dengan mengukur aspek kognitif,
guru diharapkan mendaftar materi yang dicakup dihubungkan dengan TIU dan
TIK-nya. Sebagai pengganti TIU adalah yang disebut sebagai nilai dasar.Di dalam
PSPB nilai-nilai dasar yang dimaksud adalah hasil jabaran dari konsep dasar
yang tercantum dalam GBHN 1983, yang kemudian dituangkan menjadi dasar
kebijaksanaan pokok tentang pspb (Depdikbud, 1983, halaman 6).Selanjutnya nilai
dasar tersebut diuraikan ke dalam nilai dan indikator. Untuk pspb ada 4 (empat)
nilai dasar yang akan dicapai, yaitu:
1. Kesadaran
Nasional sebagai suatu bangsa.
2. Sikap
patriot.
3. Kreatif
dan inovatif.
4. Kepribadian
yang berdasarkan nilai, jiwa, dan semangat 1945 dan Pancasila.
Sebagai
contoh penguraian menjadi nilai dan indikator adalah sebagai berikut:
Nilai
dasar: Sikap patriot
Nilai:
tahan uji/ulet/tahan menderita
Indikatornya
antara lain:
Tidak
mau berhenti bekerja sebelum pekerjaar selesai;
Tidak mudah putus asa menghadapi kesulitan dalam
pekerjaannya
Sebagai
contoh penguraian menjadi nilai dan indikator adalah sebagai berikut :
Nilai
dasar: sikap patriot
Nilai : tahan uji/ulet/tahan menderita
Indikatornya antara lain:
·
Tidak mau berhenti
bekerja sebelum pekerjaan selesai
·
Tidak mudah putus
asa menghadapi kesulitan dalam pekerjaan
Ciri-ciri
belajar Afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku
seperti:
1. Perhatiannya terhadap mata pelajaran
pendidikan agama islam kedisiplinannya dalam mengikuti pelajaran agama di
sekolah.
2. Motivasinya yang tinggi untuk tahu
lebih banyak mengenai pelajaran agama islam yang di terimanya.
3. Penghargaan atau rasa hormat nya
terhadap guru pendidikan agama islam.
Terdapat
lima kategori utama afektif dari yang paling sederhana sampai kompleks yaitu:
penerimaan, tanggapan, penghargaan, pengorganisasian, dan karakterisasi
berdasarkan nilai-nilai atau internalisasi nilai.
B. Aspek Penilaian Ranah
Afektif
oleh
Krathwohl (1974) dan kawan-kawan di taksonomi menjadi lebih rinci lagi ke dalam
lima jenjang yaitu:
1. Receiving (penerimaan)
adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsang (stimulus) dari luar yang
datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain.
Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah: kesadaran dan keinginan untuk
menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang
dating dari luar. Receving juga sering disebut kesediaan untuk menyadari dan
memperhatikan adanya suatu fenomena di lingkungannya.Pada jenjang ini peserta
didik dibina agar mereka bersedia menerima niali-nilai yang diajarkan kepada
mereka, dan mereka mau menggabungkan diri ke dalam nilai itu atau mengidentikan
diri dengan niali itu. Contoh hasil belajar afektif jenjang reveiving,
misalnya: peserta didik menyadari bahwa disiplin wajib ditegakkan, sifat malas
dan tidak berdisiplin harus disingkirkan jauh-jauh.
2. Responding (tanggapan) adalah memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di
lingkungannya. Meliputi persetujuan,
kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan. Pada tingkat ini peserta
didik tidak saja memperhatikan fenomena khusus tetapi ia juga bereaksi. Hasil
pembelajaran pada ranah ini adalah menekankan pada pemerolehan respon,
berkeinginan memberi respon, atau kepuasan dalam memberi respon.Jenjang ini
setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang receiving.Contohnya hasil belajar
ranah afektif jenjang responding adalah peserta didik tumbuh hasratnya untuk
mempelajari lebih jauh atau menggali lebih dalam lagi, ajaran-ajaran Islam
tentang kedisplinan.
3.Valuing(penghargaan)
berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek, fenomena
atau kegiatan, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan
membawa kerugian atau penyesalan. Valuing merupakan tingkatan afektif yang
lebih tinggi lagi daripada receving dan responding. Dalam kaitanya dengan
proses belajar mengajar peserta didik tidak hanya mau menerima nilai yang
diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk mengatakan “ itu adalah baik”,
maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaian. Nilai
itu sudah mulai dicamkan dalam dirinya.Dengan demikian maka niali tersebut
telah stabil dalam diri peserta didik. Contoh hasil belajar afektif jenjang valuing adalah tumbuhnya
kemauan yang kuat pada diri peserta didik untuk berlaku disiplin, baik di
sekolah, di rumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
4.
Organization (pengorganisasian) artinya mempertemukan perbedaan nilai
sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal, yang membawa perbaikan
umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai ke
dalam satu system organisasi, termasuk di dalamnya hubungan satu nilai dengan
nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimiliki.Contoh hasil
belajar afektif jenjang organization adalah peserta didik mendukung penegakan
disiplin nasional yang telah dicanangkan oleh Bapak Presiden Soeharto pada
Peringatan Hari Kebangkitan NasionalTahun 1995.Mengatur atau mengorganisasikan
ini merupakan jenjang sikap atau nilai yang lebih tinggi lagi ketimbang
receving, responding dan valuing.
5. Characterization by a Value or Value
Complex (karakterisasi berdasarkan
nilai-nilai),yakni keterpaduan semua system niali yang telah dimiliki
seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Di sini
proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalam suatu
hierarki nilai. Nilai itu telahtertanam secara konsisten pada sistemnya dan
telah mempengaruhi emosinya.Ini merupakan tingkatan afektif tertinggi, karena
sikap batin peserta didik telah benar-benar bijaksana.Ia telah memiliki
philosophy of life yang mapan. Jadi pada jenjang ini peserta didik telah
memiliki system nilai yang mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang
cukup lama, sehingga membentuk katakteristik (pola hidup), tingkah lakunya
menetap, konsisten dan dapat diramalkan. Contoh hasil belajar afektif pada
jenjang ini adalah peserta didik sudah memiliki kebulatan sikap wujudnya
peserta didik menjadikan perintah Allah SWT yang tertera dalam al-Quran surat
al-‘Ashr sebagai pegangan hidupnya dalam hal yang menyangkut kedisiplinan, baik
kedisiplinan di sekolah, di rumah maupun di tengah-tengah masyarakat.
C. Skala
Pengukuran Sikap
A. SKALA LIKERT: digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Contoh :. Preferensi
1.Sangat Setuju
2.Setuju
3.Ragu-ragu
4.Tidak Setuju
5.Sangat Tidak Setuju
1.Sangat Setuju
2.Setuju
3.Ragu-ragu
4.Tidak Setuju
5.Sangat Tidak Setuju
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial.Dalam penelitian,
fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang
selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.
Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan
menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik
tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau
pertanyaan, baik bersifat favorable (positif) bersifat bersifat unfavorable (negatif).
Jawaban setiap
item instrumen yang mengunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat
positif sampai sangat negative. Sistem penilaian dalam skala Likert adalah
sebagai berikut:
Item Favorable: sangat setuju/baik (5), setuju/baik (4), ragu-ragu (3), tidak setuju/baik (2), sangat tidak setuju/baik (1)
Item Unfavorable: sangat setuju/ baik (1), setuju/ baik (2), ragu-ragu (3), tidak setuju/ baik (4), sangat tidak setuju/ baik (5).
Item Favorable: sangat setuju/baik (5), setuju/baik (4), ragu-ragu (3), tidak setuju/baik (2), sangat tidak setuju/baik (1)
Item Unfavorable: sangat setuju/ baik (1), setuju/ baik (2), ragu-ragu (3), tidak setuju/ baik (4), sangat tidak setuju/ baik (5).
Contoh :
No.
|
Pernyataan
|
Jawaban
|
||||
SS
|
S
|
RR
|
TS
|
STS
|
||
1
|
Kita harus menjaga
kebersihan
|
X
|
||||
2
|
Kita harus
mematuhi peraturan
|
X
|
||||
3
|
…………………………………………………
|
SS
= Sangat
Setuju
TS = Tidak Setuju
S
= Setuju
1STS = Sangat Tidak Setuju
RR =
Ragu-Ragu
B. SKALA
GUTTMAN: Skala pengukuran dengan tipe ini, akan
di dapat jawaban yang tegas, yaitu ya atau tidak, benar atau salah, pernahatau
tidak, positf atau negatif, dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa
data interval atau rasio dikhotomi (dua alternatif). Jadi kalau pada skala
Likert terdapat interval 1,2,3,4,5 interval, dari kata “sangat setuju” sampai
“sangat tidak setuju”, maka dalam skala Gutmann hanya ada dua interval yaitu
“setuju atau tidak setuju”. Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila
ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang di
tanyakan.
Contoh :
Apakah anda
setuju dengan kenaikan harga BBM ?
a.
Setuju
b. tidak setuju
C. SKALA THURSTONE: Skala Thurstone adalah skala yang disusun dengan memilih butir yang
berbentuk skala interval. Setiap butir memiliki kunci skor dan jika diurut,
kunci skor menghasilkan nilai yang berjarak sama. Skala Thurstone dibuat dalam
bentuk sejumlah (40-50) pernyataan yang relevan dengan variable yang hendak
diukur kemudian sejumlah ahli (20-40) orang menilai relevansi pernyataan itu
dengan konten atau konstruk yang hendak diukur.
Adapun contoh skala penilaian model Thurstone adalah seperti gambar di bawah ini.
Adapun contoh skala penilaian model Thurstone adalah seperti gambar di bawah ini.
Nilai 1 pada skala di atas menyatakan sangat tidak relevan,
sedangkan nilai 11 menyatakan sangat relevan.
Contoh : minat siswa terhadap pelajaran kimia,
No.
|
Pernyataan
|
Jawaban
|
||||||
7
|
6
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
||
1
|
Saya senang
belajar kimia
|
|||||||
2
|
Pelajaran
kimia bermanfaat
|
|||||||
3
|
Saya berusaha
hadir tiap pelajaran kimia
|
|||||||
4
|
Saya berusahan
memiliki buku pelajaran kimia
|
Contoh lain :
Angket yang disajikan menggunakan skala thurstone
Petunjuk : Pilihlah 3 (Tiga) buah pernyataan yang paling sesuai dengan
sikap anda terhadap pelajaran matematika, dengan cara membubuhkan tanda cek (v)
di depan nomor pernyataan di dalam tanda kurung.
(
) 1. Saya senang belajar matematika
(
) 2. Matematika adalah segalanya buat saya
(
) 3. Jika ada pelajaran kosong, saya lebih suka belajar matematika
(
) 4. Belajar matematika menumbuhkan sikap kritis dan kreatif
(
) 5. Saya merasa pasrah terhadap ketidak-berhasilan saya dalam matematika
(
) 6. Penguasaan matematika akan sangat membantu dalam mempelajari bidang
studi lain
(
) 7. Saya selalu ingin meningkatkan pengetahuan & kemampuan saya
dalam Matematika
D. SEMANTIK DIFERENSIAL: Skala diferensial yaitu skala untuk mengukur sikap, tetapi
bentuknya bukan pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu
garis kontinum di mana jawaban yang sangat positif terletak dibagian kanan
garis, dan jawaban yang sangat negative terletak dibagian kiri garis, atau
sebaliknya.
Data yang diperoleh melalui pengukuran dengan skala semantic
differential adalah data interval.Skala bentuk ini biasanya digunakan untuk
mengukur sikap atau karakteristik tertentu yang dimiliki seseorang.
Contoh : Penggunaan skala Semantik Diferensial mengenai gaya
kepemimpinan kepala sekolah.
Demokrasi
|
7
|
6
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Otoriter
|
Bertanggung
Jawab
|
7
|
6
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Tidak
Bertanggung Jawab
|
Memberi
Kepercayaan
|
7
|
6
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Mendominasi
|
Menghargai
Bawahan
|
7
|
6
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Tidak
Menghargai Bawahan
|
Keputusan
Diambil Bersama
|
7
|
6
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Keputusan
Diambil Sendiri
|
E. PENILAIAN (RATING SCALE): Data-data skala yang diperoleh melalui tiga macam skala yang
dikemukakan di atas adalah data kualitatif yang dikuantitatifkan. Berbeda
dengan rating scale, data yang diperoleh adalah data kuantitatif (angka) yang
kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Seperti halnya skala lainnya,
dalam rating scale responden akan memilih salah satu jawaban kuantitatif yang
telah disediakan.
Rating scale lebih fleksibel, tidak saja untuk mengukur sikap tetapi
dapat juga digunakan untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena
lingkungan, seperti skala untuk mengukur status sosial, ekonomi, pengetahuan,
kemampuan, dan lain-lain.Dalam rating scale, yang paling penting adalah
kemampuan menterjemahkan alternative jawaban yang dipilih responden.
Contoh :
Kenyamanan
ruang tunggu RSU Kartini :
5
4
3
2 1
Kebersihan
ruang parkir RSU Kartini :
5
4
3
2 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar